28

545 60 10
                                    

"gue harus gimana?"

Laki laki dengan gaya nyentrik di depannya kali ini menutup matanya tengah berfikir keras.

"Sedangkan gue ga akan bisa temenin dia di sana selalu."

Dirga mengangguk lagi dan lagi.

Sekarang ini Dirga sama seperti hiasan dashboard mobil yang selalu mengangguk kepala.

"Tapi cewe itu bilang bakal ngambil alih Dimas di sana." Kali ini mata tajam laki laki itu menatap Killa yang menampilkan wajah frustasinya.

"Iya tapi gue ga bisa biarin."

"Cemburu?"

"Ha? Ap-"

"Lo cemburu Killa. Jangan menghindar apa lagi menyangkal. Semuanya jelas." Dirga mengambil gelas di depannya dan meminumnya dengan santai.

Tangan itu kembali bersedekap sambil menatap Killa yang hanya mampu diam tanpa berbuat apapun lagi.

Iya dia memang cemburu, siapa yang tak cemburu di mana suaminya akan tinggal bersama wanita yang bahkan bukan seorang saudara dekat nya?

Apa lagi wanita itu adalah teman dekat Dimas dulu.

Hell no.

"Jadi lo bimbang. Takut Dimas terima tawaran si cewe itu?" Killa mengangguk kecil.

Tangannya memilih memainkan kukunya yang kali ini tak di cat apapun.

"Kata gue sih lo yang ngomong. Jangan si cewe itu. Dari cerita lo, gue rasa dia memang mau deketin dirinya lagi ke Dimas."

Killa menatap mata itu dengan cemas.

Dirga terkekeh.

"Jangan tatap gue kaya gitu, gue ga bisa bantu apa apa kecuali satu hal. Jangan sampe keduluan dia. Semua keputusan tentu ada di Dimas tapi lo punya hak juga buat berpendapat bukan?" Killa menundukkan kepalanya tampak tengah berfikir keras.

Drtttt drtttt

Killa menatap ponselnya dengan wajah yang masih saja tertekuk lesu.

Bunda nya menelepon.

"Assalamualaikum bun.."

"Waalaikumsalam killaa pulang nak, Dimas ngamuk." Killa berdiri dengan spontan. Matanya menatap tajam Dirga yang tampak tengah terbatuk batuk karna terkejut. Ia sampai tersedak ludahnya sendiri.

"Killa pulang."

"Kenapa?" Gadis itu tak memperdulikan kalimat tanya Dirga dan juga gina yang tampak cukup panik.

Ia bergegas mengambil tasnya dan juga kunci mobil miliknya.

Kaki itu sampai tersandung meja cafe membuat beberapa kursi terlempar. Orang orang yang tampak sedang santai di sana terkejut dan menatap Killa dengan sedikit terganggu.

Tak ada senyum yang Killa layangkan sekarang, gadis itu hanya terus akan berjalan menuju keluar cafe walau kakinya sekarang tampak berdenyut sakit.

Yang ada di pikiran nya adalah Dimas pasti tengah kecewa padanya.

***

"Dimas, sayang.. udah yaa. Jangan pukul pukul kepala kamu." Laki laki itu menggelengkan kepalanya kuat sambil memukul mukul kepalanya.

Kameranya hancur.

"Aduh mana lagi Killa nya."

"Assalamualaikum." Killa berlari menuju rumah itu dan mendapati sang ibu yang tengah menenangkan Dimas.

My Autisme Husband|| DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang