t u j u h

1.4K 164 4
                                    

Killa berlari tanpa memperdulikan orang orang yang menatapnya heran. Bertanya pada resepsionis di mana ruangan icu berada.

Setelah dapat, ia langsung berlari sambil sesekali membetulkan tas nya.

Di sana bundanya tengah menunduk juga sang ayah yang sedang menepuk nepuk punggung bunda nya.

Dimas duduk di depan pintu ruang oprasi. Matanya menatap kosong pintu itu sambil memegang satu boneka juga kamera yang tak bisa lepas darinya.

Wajahnya polos namun tatapan nya kosong.

"Bunda." Bunda nya itu berdiri memeluk sang anak erat. Bunda menangis.

"Mama Dimas ga papa kan?" Bunda nya itu menggeleng matanya tak henti mengeluarkan air mata.

"Kritis." Satu kalimat itu berhasil membuat jantungnya berdetak tak tentu. Ia melirik Dimas yang ternyata tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dimas seperti menahan tangis.

Bunda Killa yang paham pun melepas pelukannya dan beralih memeluk suaminya yang siap siaga.

Killa jalan mendekat. Tubuh besar itu diam sambil menatap Killa dengan wajah ingin menangis nya. Hatinya sakit melihat laki laki itu mencoba menahan tangisnya.

"Dimas mau nunggu di sini?" Laki laki tampan itu mengangguk kecil.

"Ikut ila mau ga? Kita jalan jalan?" Dimas diam menatap pintu ruang operasi dan mengangguk kecil. Killa tersenyum kecil. Bunda dan ayahnya menatap Killa penuh harap. Mereka takut Dimas melakukan hal hal yang aneh karena emosi laki laki itu yang tak stabil.

Gadis itu menggenggam tangan Dimas erat. Tangannya dingin juga sedikit getaran di sana.

Mata Dimas tak pernah diam menatap satu objek. Tangan nya juga ia pegang erat pada tangan Killa.

Mereka pergi ke taman. Killa harap, benar benar berharap semua nya berjalan normal.

"Dimas udah makan?" Tanya Killa lembut. Tubuh laki laki besar itu tak pernah diam. Tangannya tak pernah berhenti menggaruk kepalanya.

Dimas tengah panik. Killa tau dari keringat yang keluar begitu banyak dari tangan juga pelipisnya.

Killa mendekat. Menatap Dimas lembut dan tersenyum.

"Ga papa, mama bakal baik baik aja kok."  Killa mengelus tangan itu lembut. Tangan yang terasa dingin itu sekarang lambat laun berubah menjadi hangat. Tubuh Dimas juga tampak lebih santai.

Dimas mengatur nafas nya yang tadi sempat tak beraturan. Kepalanya menunduk menatap sepatunya juga sendal rumah Killa yang bergambar Donal bebek.

Laki laki itu terkekeh kecil saat melihat gambar di sendal Killa yang membuat pipi gadis itu memerah.

"Kenapa ketawa?? Ngejek??" Tanya Killa ddngan nada kesal yang ia buat. Dimas menggeleng dan tersenyum. Ia mengangkat boneka yang ia pegang.

"Aku juga ada." Ucapnya, Killa terkekeh.

Drrt drrtt

Killa mengangkat panggilan yang berasal dari bundanya itu.

"Mama Dimas udah sadar. Dia mau ketemu kamu." Killa melirik Dimas yang tengah memperhatikan boneka nya.

"Iya bun Killa ke sana." Seakan tau Dimas pun berdiri. Menatap Killa dengan senyum bahagia nya.

"Mama." Killa tersenyum kecil. Entahlah hatinya tiba tiba merasakan hal yang tak mengenakkan.

Mereka datang dengan beberapa orang yang berdiri di depan ICU itu. Bunda nya itu mendorong Killa masuk dalam ruangan yang ternyata sudah ada dokter yang menunggunya untuk memasangkan baju steril bersama perlengkapan lain nya.

My Autisme Husband|| DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang