23

1.1K 141 7
                                    

"Bentar lagi kita bisa liburan bareng."

"Beneran ma?? Mama udah sehat?"

"Udah donggg ini makin sehat lihat anak mama udah kerja kaya gini."

"Dimas rajin loh maaa. Kalo pagi selalu Dimas yang bangunin Killa."

Laki dengan kemeja kotak kotak itu tak perduli dengan ucapan ucapan yang di keluarkan oleh kedua wanita itu.

"Dimas mau ke kebun binatang ga?" Mendengar itu sontak Dimas mengangkat kepalanya.

Matanya menatap sang ibu dengan berbinar. Ia mengangguk semangat.

Namun tak lama ia kembali menunduk saat melihat Killa yang tersenyum melihat nya begitu semangat, hanya saat mendengar kata kebun binatang.

"Besok waktu mama boleh keluar kita ke kebun binatang ya." Tangan kurus itu mengelus lembut rambut Dimas. Sedangkan Dimas hanya menunduk dan menatap beberapa foto di kameranya.

Tatapan sayang yang selalu mama Winda tuangkan pada Dimas membuat tubuh Killa seakan merinding seketika.

Tak berbohong, tapi aura mama Winda saat bersama Dimas sungguh kuat. Walau tubuhnya lemah, namun aura yg di keluarkan mama Winda begitu pekat seakan memberitahu siapapun jika ia akan melindungi Dimas. Tak hanya dengan tubuhnya.

Senyum sayang itu saat ini berbalik menatap Killa. Tubuh Killa mendadak kaku. Tangan kurus dengan infus itu meraih wajahnya. Mengelusnya lembut penuh kasih sayang. Kali ini Killa benar benar merinding.

"Terimakasih ya Killa."

"Terimakasih udah bersedia mendampingi Dimas." Mata itu tiba tiba kosong. Menatap mata Killa yang seakan mencari jawaban apa yang sedang mama Winda rasakan sekarang?

"Kalau mama ga bisa ikut ke kebun binatang, Dimas nanti perginya sama Killa ya."

Dimas mengangguk ia melirik Killa yang berada di sebelahnya dan tersenyum kecil.

Tak biasanya Dimas menyetujui ini tanpa merengek. Biasanya jika mamanya berucap seperti itu, Dimas akan langsung marah dan merengek kesal. Mama Winda harus ikut. Tapi sekarang, Dimas menerima nya tanpa penolakan. Bahkan ia memberikan Killa senyum tipis namun manis nya.

***

Tubuh laki laki itu bergetar takut.

Tangannya mengepal dan memukul mukul kepalanya kuat.

Kaki Killa lemas. Tapi ia berusaha meraih laki laki itu untuk ia peluk.

Entah lah apa pelukan mampu menenangkan Dimas yang saat ini begitu kehilanganmu kendali. Tapi Killa yakin.

"Jangan mendekat." Bisik Jonathan.

Tangan itu sigap menahan Killa yang hampir tersungkur saking inginnya ia mendekati Dimas dengan keadaan yang masih begitu lemas. Bahkan kepalanya yang sedari pagi sakit saja seakan membuatnya ingin menutup matanya kembali.

Tubuh Killa panas, ia seperti demam.

"Terus kita cuma liatin Dimas sampai dia sadar sendiri???" Ucapan tajam Killa membuat Jonathan menatap gadis itu terkejut. Killa menangis namun dengan wajah yang begitu menahan amarah. Sampai sampai Jonathan saja reflek melepaskan pegangannya pada lengan Killa.

"Tapi Dimas bakal sakitin Lo."

"Ga papa, asal Dimas ga lukain dirinya lagi."

Dimas menutup telinganya dan berteriak teriak hingga membuat beberapa orang menatap mereka seakan berkerumun.

Killa berlari pelan dan memeluknya. Tubuh Dimas yang saat ini tengah berlutut sambil menutup telinganya memudahkan Killa untuk memeluk nya sambil menyembunyikan wajah Dimas agar ia tak melihat apapun di sekitarnya. Ia ingin Dimas hanya mendengar detak jantung nya dan melihatnya sekarang.

My Autisme Husband|| DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang