Killa menatap kedua orang yang saat ini tengah bertengkar dengan pandangan jengah.
Sudah hampir satu Minggu citra berkerja di cafe nya. Kinerja gadis itu benar benar bagus bahkan Killa menyukai bagaimana dia mengatur menu dengan tulisan bagus nya.
Namun satu yang membuat Killa cukup habis kata dan tak bisa bersikap bagaimana. Sama seperti Gina yang menatap pertengkaran itu dengan malas. Tangan nya sibuk mengelapi gelas.
"Gue bilang jangan simpan di sana." Teriakan geram itu berasal dari Haikal yang tengah mengelap meja.
"Ck ribet banget idup Lo ah.. Lo aja sendiri yang kerja." Kesal citra, Haikal tak mau kalah.
Mereka pun mulai berdebat membuat Killa menghela nafas.
"Mau pisahin ga?" Tanya nya pada Gina. Gina menghela nafas.
"Males.. biarin aja biar makin akrab ntar paling jadian." Ucapnya di akhiri dengan kekehan kecil.
Drrrt drrttt
Killa mengambil ponselnya nama Dimas terpampang di sana.
Gadis itu pun memasuki ruangannya untuk menjawab telepon Dimas.
Sekarang Dimas sedang berada di rumah sakit untuk menemani mama Winda yang katanya kangen. Padahal hampir setiap hari ia mengunjungi mama Winda.
"Halo kenapa Dimas?"
"Ki-killa kapan ke sini?" Ucapnya dengan nada yang masih gugup. Di sebrang sana terdengar suara tawa yang entah dari siapa. Namun Killa tersenyum. Sepertinya Dimas tengah di godain.
"Siangan kayanya.. emang kenapa?"
Tidak ada jawaban dari Dimas namun sautan sautan wanita terdengar.
"Kangen katanya.. Dimas kangen istrinya." Killa terkekeh. Entah bagaimana wajah Dimas saat ini. Namun Killa tersenyum saat rengekan kecil terdengar.
Dan panggilan pun di tutup sepihak.
Killa terkekeh.
Ada ada saja. Pasti ini ulah mama Winda yang menyuruh Dimas untuk menelepon nya. Karna Dimas sendiri tengah tak bertegur sapa dengan nya karna insiden kemarin di taman.
Gadis itu duduk di meja nya dan menatap cincin kawin yang melekat manis di jari lentiknya.
Cincin yang sama dengan Dimas, laki laki itu tampaknya tak masalah dengan kehadiran cincin itu karna ia tak sama sekali melepaskan nya.
Ingatan nya kembali pada saat di mana laki laki itu mengucapkan ijab Kabul dengan ayahnya.
Mama Winda pernah bilang jika saat ini emosi Dimas sedang stabil karena sering dan teraturnya ia terapi.
Namun, jika Dimas dalam emosi yang tak seimbang, ia akan lebih agresif. Marah, hingga memukul dirinya sendiri.
Gadis itu menutup matanya.
Yang ia pikirkan nya Sekarang hanya satu, apa dia mampu? Menenangkan dan juga menghadapi di saat momen itu terjadi.
Lelah rasanya, namun kehidupan adalah jalan yang harus di tempuh saat ini sebelum ke tempat yang abadi.
Apa tuhan merencanakan ini?
Apa sesungguhnya jodoh nya itu memang lah Dimas?
Apa Dimas tidak seperti laki laki lain yang mampu berselingkuh?
Killa hanya takut di bohongi dan juga di selingkuhi lagi. Rasanya sakit dan tentu Killa membenci itu.
"Darling." Panggilan itu membuat Killa menghela nafas kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Autisme Husband|| Doyoung
Teen FictionJudul sebelumnya : miracle|| Doyoung **** Fiksi belaka ## Jika ada suka maka ada duka, ada kesenangan maka ada kesedihan. Namun jika ada kekurangan, tidak ada kesempurnaan. Ya karna di dunia ini tidak ada yang sempurna. ## "Killa, kamu menikah yah...