꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂Keterkejutan Annabeth yang tidak bisa disembunyikan lagi membuatnya tanpa sadar terus menatap wajah sang pria, seolah tidak memercayai apa yang sedang ia lihat sekarang. Anna tahu pria seperti apa Edric itu, tapi tidak disangka ia harus melihatnya langsung dengan mata kepalanya sendiri, di momen yang tak terduga. Hingga lama-lama tatapan terkejut Anna berubah menjadi tatapan menuntut bercampur rasa jijiknya.
Sementara itu, pasangan Edric yang sudah kesal karena acaranya terganggu oleh wanita asing, kini ia menatap wanita asing itu dengan remeh. Ia menatap dari ujung kepala sampai kaki dan menilai jika wanita di depannya adalah wanita polos yang pasti tidak mengetahui acara bersenang-bersenang dengan pria.
"Akhirnya, aku bisa melihat siapa kau yang sebenarnya dengan mata kepalaku sendiri." kalimat sindiran meluncur bebas dari mulut Annabeth.
Edric mengedikkan bahunya, seolah tidak merasa tersindir sama sekali. "Aku tidak akan menyangkalnya. Lagipula dari awal kau sudah bisa menebak siapa diriku."
Wanita bernama Annabeth ini masih sama angkuhnya dengan wanita yang menyamar sebagai 'Elizabeth' yang ia kenal saat pertama kali bertemu. Tentu saja mereka orang yang sama, dan tidak mungkin karakter manusia bisa berubah. Bahkan, cara berpakaiannya pun masih sama, tampak anggun dan mempesona. Siapapun yang melihat Annabeth pasti berpikir wanita itu adalah wanita sempurna yang menarik. Tipe wanita yang tidak suka dikontrol pria.
"Apa kau akan menggunakan kamar mandi?" tanya Edric basa-basi.
Tanpa menunggu jawaban Anna, Edric menarik lengan pasangannya menjauh, memberikan gestur tangan jika Annabeth bisa lewat. Sementara itu, Anna masih menatap edric dengan datar, tidak beranjak dari tempatnya sama sekali.
Edric mengangkat kedua alisnya saat mendapati Anna yang terus menatapnya.
"Kalau kau berlama-lama di sini, mungkin Tom akan menunggu terlalu lama di meja makan." Kemudian, ia menyeringai.
Annabeth berdecih kecil, tidak memberikan tanggapan lainnya, kemudian melenggang masuk ke kamar mandi. Menghentakkan clutch hitamnya dengan sedikit keras, sesaat, ia baru menyadari suatu keanehan.
Edric menyebut nama Tom? Apa aku salah dengar? Apa dia tahu tentang Tom? Apa mereka teman dekat? Kenapa dia bisa tahu Tom bersamaku saat ini?
Belum semua pertanyaan di pikirannya terjawab, ia juga kembali memikirkan kejadian kebetulan beberapa saat lalu. Seolah, semuanya sudah tertata rapi.
Sepertinya, Anna pergi terlalu lama, hingga saat ia kembali ke meja makan, saat itu juga beberapa waitress sudah menyiapkan beberapa menu makanan yang sudah mereka pesan. Anna kembali duduk dengan tenang.
"Maaf membuatmu menunggu lama." Sesal Anna.
"Tidak masalah. Selamat makan."
Makan malam tenang yang diselingi dengan obrolan santai, terbebas dari segala penat pikiran mengenai kehidupan kerja. Ketika Tom hendak menanggapi obrolannya dengan Anna, seseorang datang menghamapiri keduanya dan sedikit menginterupsi.
"Anna? Wah, apa ini?! Apa kau sedang berkencan?"
Edric, pria itu datang seolah baru saja bertemu Anna, teman wanita yang sudah ia kenal lama, dan menunjukkan raut wajah terkejut saat melihat Anna. Namun, anna bersumpah sesaat setelahnya, edric menunjukkan seringaiannya yang mengesalkan. Karena itu, Anna tidak sadar telah menggenggam pisau dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL's Game (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (4th) Sejak pertemuan pertama itu, Edric Charles Davidson, tidak pernah menyadari jika ia sendiri yang sudah memulai permainan berbahayanya. Hanya karena ketertarikannya dengan seorang wanita yang tidak di ketahui kehidupannya, wan...