20. Round 15: One-of-A Kind Devil

33 2 0
                                    

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Hari demi hari berlalu, pagi terus menggantikan malam. Bagi Annabeth, tidak boleh ada waktu yang ia sia-siakan, bahkan ketika hari pernikahannya semakin dekat. Anna tidak bisa menyampingkan kesibukannya dan menelantarkannya hanya karena masalah yang disebut orang-orang dengan 'masalah sekali seumur hidup'. Tidak, pekerjaannya lebih penting daripada permainan itu.

            Seperti siang ini, ketika Anna sudah selesai makan siang bersama Sherinne dan Hayden, ketiganya langsung menuju ke pertemuan bisnisnya dengan perusahaan Tom yang sempat tertunda. Mereka sedang berada di mobil ketika tiba-tiba ponsel Anna berdering nada panggilan.

            "Hallo, sayang. Ini mommy." Sapa pemanggil begitu Anna mengangkat panggilan itu.

            "Ah, mommy. Ada apa?" sahut Anna lembut.

            "Mommy hanya ingin mengatakan jika hari ini mommy pamit pulang lebih dahulu. Ah, mom sudah di bandara sekarang."

            Tanpa Cera ketahui, Anna cukup terkejut sampai ia mencondongkan tubuhnya dengan kedua mata membulat.

            "Oh? Mom seharusnya mengatakannya lebih awal padaku. Bagaimana ini? Maafkan aku tidak bisa mengantar mom ke bandara." Ucap Anna penuh dengan sesalnya. Jikapun bisa, ia sangat ingin memutar bolik arah laju mobil ini dan pergi menuju bandara.

            Terdengar suara tawa lembut Cera. "Tidak, tidak masalah. Aku mengerti kau pasti masih sibuk, kan? Lagipula, kita akan bertemu lagi nanti. Jaga kesehatanmu sampai saat itu, ya. Jangan lupa untuk habiskan waktu untuk dirimu juga."

            Annabeth tersenyum samar, merasa lega sekaligus haru bersamaan. "Pasti, mom. Semoga perjalanannya aman sampai tujuan."

            Lalu, beberapa saat kemudian panggilan pun terputus. Anna memandangi layar ponselnya untuk beberapa saat. Perasaan bersalah itu kembali mencuat semakin lama ia dekat dengan Cera. Cera yang tidak pernah menuntut apapun padanya. Ia jadi berpikir, bagaimana jadinya nanti ketika sudah saatnya baginya untuk bercerai dari Edric. Mungkin, Cera adalah orang pertama dan yang paling sakit hati diantara yang lainnya.

            "Wah, dia terlihat sangat lembut dan berwibawa." Celetuk seseorang di samping Anna. Sekretarisnya, Sherinne.

            Anna tersenyum kecut mendengar godaan Sherinne. "Iya, kan? Karena itu aku jadi semakin merasa bersalah padanya." Helaan napas keluar di akhir ucapannya.

            "Sudahlah. Lagipula itu bukan salahmu juga. Anaknya saja yang tidak punya hati nurani." Bela Sherinne dengan tawanya di akhir. Tawa itu kemudian disambut oleh Hayden dan Anna yang turut tertawa puas, terutama saat Sherinne membuat mimik wajah sombong yang sejujurnya tidak cocok dengan wajah imutnya itu.

The DEVIL's Game (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang