꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂
꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂
Cafe yang didatangi Annabeth hari ini tidak begitu ramai dengan pengunjung. Ia sudah merencanakan untuk menggunakan café yang memang tidak pernah ramai pengunjung ini untuk berbincang lebih santai dengan Tom. Kini, Annabeth yang sudah lebih dahulu sampai di lokasi, sedang menunggu Tom di sebuah kursi sofa yang nyaman dengan secangkir teh hangatnya.
Tak lama kemudian, Anna menangkap sosok Tom yang sudah melewati pintu café dan menghampiri Anna. Tom duduk di depan Anna tanpa memesan minuman. Senyumnya masih belum luntur dari wajahnya sejak memasuki café. Hal itu justru membuat hati Annabeth sedikit bersalah karena harus berpisah dari pria sebaik dan sesopan Tom.
"Kau terlihat sangat baik, ya." Annabeth memulai percakapan dengan dsielingi humor basa-basinya.
"Yah, beginilah aku. Bagaimana kabarmu? Aku merasa bersalah karena tidak bisa menyempatkan diri menemuimu lebih sering." Tom menanggapi dengan lembut, seperti biasanya.
Ah, jawaban Tom lagi-lagi membuat Anna semakin berat hati. Ia mengedikkan bahunya.
"Tidak, Tom. Ini bukan salahmu. Lagipula..... justru aku di sini yang seharusnya meminta maaf. Hum... mengenai pertunangan kitaa itu... kau sudah mendengarnya?" terselip rasa ragu dan malu saat Anna menanyakannya.
Tom tersenyum. "Ah, iya. Semalam ayah sudah mengatakannya padaku. Walaupun mendadak, tapi sepertinya aku bisa memahaminya, jadi aku benar-benar tidak mempermasalahkannya. Kau tidak perlu khawatir dan merasa beralah padaku."
Hati Anna berdesir lega. Ia sudah tahu Tom adalah pria baik yang akan selalu diidamkan oleh banyak wanita. Karena itu, ia mendoakan dengan sungguh-sungguh Tom akan menemukan seorang wanita yang benar-benar mencintainya nanti.
"Benarkah? Itu melegakan. Tapi, tetap saja aku harus membicarakannya padamu. Karena itu, kali ini aku bertemu denganmu sebagai temanmu. Aku tulus berharap semoga kau bisa mendapatkan wanita yang benar-benar mencintaimu nanti."
"Terima kasih banyak. ayah mengatakan jika ada pria yang benar-benar serius denganmu tanpa masalah bisnis. Bukankah itu bagus? Kau sudah menemukannya lebih dulu."
Jawaban Tom membuat Anna berasumsi jika ia tidak tahu siapa pria yang berniat menikahinya itu. Entah apa reaksinya nanti jika Tom sudah mengetahui siapa pria itu nanti.
Anna tersenyum tipis sembari menundukkan kepalanya. "Begitulah. Aku saja hampir tidak mempercayainya."
Ah, hanya dengan memikirkan Anna tengah melakukan sandiwara bahkan tanpa kehadiran pria licik itu saja membuat Anna hampir memuntahkan minumannya saat ini juga. Sandiwara ini membuat sorot mata Tom benar-benar mendoakan kebahagiaan Anna, dan Anna harus menelan rasa bersalah itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL's Game (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (4th) Sejak pertemuan pertama itu, Edric Charles Davidson, tidak pernah menyadari jika ia sendiri yang sudah memulai permainan berbahayanya. Hanya karena ketertarikannya dengan seorang wanita yang tidak di ketahui kehidupannya, wan...