27. Round 22: A Wasted Bet Win

17 0 0
                                    

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Dulu, saat para pria ini masih menduduki masa high school sampai perkuliahan, mereka sangat suka menjadikan rumah Felix yang sudah didapatkan Felix sejak high school ini menjadi 'markas' mereka. Terutama, ruang arcade room yang menjadi saksi bisu pertemanan mereka yang masih terjalin sampai saat ini. Bahkan, ruangan ini juga yang menjadi saksi bisu mereka dimana setiap kali terdapat pertambahan member baru.

            Annabeth mengitarkan pandangannya pada ruangan luas itu. ia berpikir mungkin luasnya lebih luas sedikit dari ruang tidurnya di mansion McKenzie. Ia bisa mengerti, tentu saja karena ruangan ini benar-benar ruangan yang nyaman digunakan untuk berkumpul bersama seperti ini. Hal ini pun juga hal yang baru bagi Anna.

            Di saat para pria masih sibuk bermain billiard dan lainnya, Anna dan Hanna menemani Roxanne di sofa melingkar. Menoleh pada Edric yang sedang memainkan bagiannya, Anna seketika teringat dengan perkataan pria itu beberapa saat yang lalu. Anna yakin pria itu sempat menyindirnya. Apalagi jika bukan karena kejadian saat di Laz Vegaz dimana Anna terang-terangan menggoda pria lain di depan Edric. Anna merasa konyol karena pria seperti Edric bisa bertingkah kekanakan seolah cemburu dengan kekasihnya.

            "Pria bodoh itu." gumam Anna tanpa berkedip menatap Edric. Sesaat setelahnya, Anna berdiri dari tempat duduknya tanpa bersuara. Kemudian, Anna mendekati Edric, tersenyum penuh misterius.

            "Hmm... Anne. Kenapa aku tiba-tiba merasa sesuatu yang buruk akan terjadi...." ungkap Hannah ketika melihat Anna yang sudah membaur dengan para pria, seperti tertarik dengan permianan yang sedang mereka mainkan.

            "Hah, sudahlah, Hannah. Ini semua karena si mulut tanpa filter, Dennis sialan. Padahal sudah jelas dunia tampak tenang dan damai jika Edric tidak berulah. Tapi, dennis sialan itu justru membangunkan si putri tidur kita."

            "Kau benar. sebenarnya, aku hanya tidak ingin berada di tengah kecanggungan nantinya. Tapi, sepertinya tidak ada jalan keluarnya, ya."

            Sementara itu, semenjak menyadari kedatangan Anna di sampingnya, Edric masih tidak mengeluarkan suara sama sekali. Ia masih mengamati dan berpikir apa yang akan wanita ini lakukan dengan bersikap seperti ini, menempel padanya seolah menunjukkan kepemilikannya pada teman-temannya. Padahal, Edric rasa itu hal yang tidak perlu di lakukan, mengingat teman-temannya tahu hubungan mereka.

            Namun, Edric benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Anna, ia harus mengakui itu. Sejak wanita itu mendekatinya, tersenyum misterius padanya, sampai menggelung rambutnya ke atas seolah hendak melakukan persiapan. Kedua alis Edric terangkat, menyadari pergerakan kedua tangan Anna yang sengaja diperlambat dan menyenggol dada Edric. selain itu, beberapa helai rambut Anna terus tersibak mengenai wajah Edric.

The DEVIL's Game (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang