17. Round 12: Role Player

43 3 0
                                    

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Hari itu tiba. Hari dimana mereka mulai bermain sesuai dengan peran mereka dan tampil di panggung tak kasat mata. Seolah baru saja membuka tirai merahnya, Annabeth menjadi sosok wanita dewasa yang berubah lebih elegan dan menawan. Ia berjalan di samping sang ibu, menghampiri satu mobil limousine mewah yang sudah berhenti tepat di depan tangga mansion.

            Sambutan hangat itu berlangsung selama beberapa saat. Dimulai dari Cera, Ibu Edric yang memberikan pelukan hangat ala ibu kepada Anna, serta tak lupa memberi pelukan dan ciuman pipi antar wanita pada Martha.

            "Astaga, lihat dirimu, Nak. Kau sudah tumbuh menjadi gadis cantik sekarang. Melihatmu begini, aku bisa tahu bagaimana Edric tiba-tiba ingin menikah sekarang."

            Tawa renyah Cera dan pujian itu membuat Anna tersenyum malu bak seorang putri polos. Edric yang berdiri di belakang Cera turut memberi senyuman pada Anna. Oh, pria itu tahu betul betapa cantiknya Anna malam ini. Karena itu, sebelum sempat memasuki ruang makan yang sudah disiapkan oleh pelayan, Edric sengaja menghentikan langkah Annabeth.

            Annabeth masih bersikap santai, tanpa adanya kecurigaan sedikitpun. Namun, begitu Edric menerima buket bunga mawar putih cantik nan harum dari tangan sang supir dan memberikan buket itu padanya, Annabeth terkesiap sejenak. Apa ini adalah scenario manisnya, pikir Annabeth.

            "Terima kasih, Ed. Padahal kau tidak perlu repot seperti ini, tapi ini indah sekali. Terima kasih, aku menyukainya. Biar para maid yang menjaganya dulu." Sahut Anna lembut.

            Anna kemudian memberikan buket bunga itu pada salah satu pelayan yang sudah berdiri di sampingnya. Ia kemudian tersenyum manis pada Edric. Senyuman manis yang singkat sebelum Anna berjalan selangkah mendekati pria itu.

            Sejujurnya, Edric sedikit terkejut bagaimana sikap Anna malam ini. Untuk beberapa saat, Edric berpikir jika Anna benar-benar serius melakukannya. Perannya terlihat sempurna tanpa celah, hingga Edric tanpa disadari merasa terpukau dengannya.

            "Ah, kau terlihat tampan malam ini. Hm, bagaimana denganku? Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"

            Ayo, coba katakan sesuatu. Aku tahu apa yang kalian—para pria—selalu katakan di saat seperti ini. Annabeth berseru di dalam hatinya. Satu sudut bibirnya terangkat dengan mata terfokus pada Edric.

            Rasa terpukau yang bercampur dengan keterkejutan itu belum pulih sepenuhnya pada diri Edric. Sial, apa-apaan dia? Edric hampir saja mengumpat.

            Edric tersenyum miring. "Hm..."

            Kemudian, pria itu mendekat dan dengan satu tarikan, ia mampu menarik tubuh Annabeth dan membuat Anna yang sama sekali tidak mengantisipasinya, terkesiap hingga hampir saja kehilangan keseimbangannya.

The DEVIL's Game (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang