8. Round 4: Persistence is The Key

65 8 1
                                    

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂꧁꧂

Malam hari tepat setelah makan malam bersama, Annabeth meminta berdiskusi dengan sang ayah. Karena pria itu pasti menginginkan jawaban secepatnya, Annabeth juga tidak ingin terus membuat dirinya terganggu karena tanggung jawab yang hampir saja ia terlantarkan. Semua ini salah si iblis itu.

            Sebenarnya, Annabeth sempat mencurigai perkataan Edric yang mengatakan ia pernah mengajukan tawaran kerja sama. Lebih tepatnya, McKenzie sendiri yang pernah mengajukannya lebih dulu. Selain itu, ucapannya yang mengatakan hal mencurigakan lainnya karena pria itu terus tersenyum mengerikan, seolah pria itu mengetahui sesuatu yang tidak Anna ketahui. Atau memang seperti itu sosok seorang Edric, Annabeth tidak mengerti.

            "Apa sebelum ini, Ayah pernah mengajukan kerja sama dengan perusahaan Davidson?" tanya Annabeth.

            Tidak disangka ayahnya memberikan beberapa kali anggukan, membuat Annabeth merasa gugup entah kenapa.

            "Benar. Saat itu kita sedang membuat projek dan kebetulan sebelum itu, ayah bertemu dengan Raphael dan dia mengatakan akan mengirim anaknya ke California untuk memimpin perusahaan yang ada di sini. Jadi, ayah mencoba untuk memercayakan pada anaknya. Tapi, sepertinya saat itu merek sedang menangani beberapa projek besar, jadi ayah belum mendapatkan kesempatan. Ah, tentu saja kalian sudah bertemu. Satu-satunya anak laki-laki keluarga Davidson, Edric."

            Rasa gugup itu terus berubah menjadi harapan untuk Annabeth agar ia tidak mendengar nama pria itu lagi. Namun, apa daya. Seolah garis takdir benar-benar mempertemukan mereka, walaupun Anna benci mengakuinya. Walaupun Anna terus memanjatkan doanya di tiap kata yang terlontar dari sang ayah, akhirnya nama pria itu yang akan terpanggil.

            "Kau ingat saat kau pergi ke Paris, bukan? Sebenarnya, jika kejadian tidak terduga itu tidak terjadi, kami sempat ingin menyusulmu tanpa memberi kabar, kemudian kami berniat mengajakmu bertemu dengan keluarga Davidson. Tapi..."

            Raut wajah Elmar semakin tertekuk dan melemas. Ia memikirkan kejadian yang membuat Annabeth harus kembali dari liburannya. Elmar sangat menyayangkan dan merasa bersalah atas kejadian itu. jika saja dia bisa mengatasinya sendiri, mungkin dia tidak akan memanggil Hayden kembali saat itu.

            Annabeth menyadari raut wajah kusut sang ayah, kemudian mnegulurkan satu tangannya untuk menggenggam tangan dingin ayahnya.

            "Papa, itu... hanya masa lalu. Tidak masalah. Aku baik-baik saja, jadi papa tidak perlu menyalahkan diri papa lagi."

            Annabeth ingin menjadi sumber kekuatan sang ayah untuk saat ini. walaupun sebenarnya sangat susah, tapi ia berusaha untuk tidak terlihat lemah. Setidaknya untuk sang ayah.

The DEVIL's Game (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang