Pagi ini, Olivia benar-benar kesiangan. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh dan ia masih setia mengenakan pakaian semalam. Beruntung, Devano mengiriminya pesan. Jika tidak, gadis itu bisa-bisa lebih kelimpungan lagi dan jam terlambatnya akan bertambah lebih banyak.
Semoga gak terlambat.
Kini, Olivia mempercepat langkahnya memasuki area sekolah dan secepat mungkin tiba di kelas. Tak peduli akan keringat yang mengucur deras dari pelipis dan membasahi seragamnya. Begitupun, deru napas dan degup jantungnya yang mulai tak beraturan di sela-sela para murid memandangnya heran. Mengacuhkan berbagai pandangan mata sudah menjadi kebiasaan gadis keturunan Tionghoa itu. Ia sendiripun tak tahu, mengapa banyak pasang mata yang selalu memperhatikan dirinya setiap kali ia lewat di hadapan mereka.
Langkah kaki Olivia semakin cepat ketika ia menaiki beberapa anak tangga. Hingga akhirnya hal itu membuatnya berhenti sejenak. Mengistirahatkan kaki yang terasa letih dan mengatur deru napasnya yang tengah tersengal-sengal saat ini di tengah belokan tangga.
"Yok, bisa, yok!" gumam Olivia mengepalkan tangannya lalu melanjutkan perjalanannya kembali menuju kelas.
"Napa lo? Kek abis lari maraton aja, dah," komentar Faisal melihat tubuh Olivia yang bermandikan keringat di ambang pintu kelas.
Olivia menggeleng, mengatur napasnya sejenak. "Nggak, nggak papa. Tadi gue takut telat, jadi ... Buru-buru."
"Kirain."
"Kepada Oliver Melviano Aleczander, kelas XII IPA 5, Olivia Ongkowijaya dan Devano Adiyaksa, kelas XII IPS 2, di mohon untuk segera ke perpustakaan, untuk latihan persiapan acara SPARTSWEEK Terima kasih."
"Astaga! Baru aja duduk," keluh Olivia bangkit dari kursi dan membuka tasnya, mengambil laptop.
"Ayo, Liv!" ajak Devano.
Olivia mengangguk. Keduanya berjalan keluar dari kelas, melewati kelas-kelas yang lain. Mereka nampak santai, tak terburu-buru dibarengi topik perbincangan yang ringan.
"Oliver?" gumam Olivia, menghentikan langkah, melihat Oliver keluar dari kelas XII IPA 5 seorang diri. Sedangkan Devano hanya terpaku, mengikuti arah pandangan gadis itu.
Suatu saat, lo bakal kenal deket sama dia. Deket banget.
Sedetik kemudian, Olivia menggelengkan kepala. Mengusir isi hatinya itu jauh-jauh. Entah sudah berapa kali, bisikan tersebut selalu kembali dan kembali ketika ia melihat sosok Oliver. Mungkin ini alay, tetapi itu faktanya. Tapi, sudahlah. Saat ini yang terpenting, bagaimana ia bisa keluar menjadi pemenang saat Sports and Arts Week bagian Pidato Bahasa Inggris berakhir nanti.
"Liv, oy!" Devano memanggil, mengibaskan tangan di depan wajah gadis itu.
Olivia mengerjap. "Hah?"
"Ngelamun mulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You [TERBIT]
Teen FictionINSPIRED BY A TRUE STORY "Napa, sih, kamu suka bikin gemes?" tanya Oliver mencubit pipi Olivia yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Cubit aja terosss, sampe molor," komentar Olivia mendengus kesal usai pipi terlepas dari cubitan Oliver lalu m...