Usai memberanikan diri mengirim pesan pada Oliver dan berujung mengajaknya pergi menghabiskan waktu bersama dirinya, Welda, dan Tehan sesuai pinta Tehan sore tadi sepulang sekolah.
Dan, kini, sesuai apa yang direncanakan kemarin, siang ini Olivia bersiap-siap menuju mall dengan mengenakan hoodie abu-abu, celana jeans panjang, dan sepatu chunky berwarna-warni usai mengirim lokasi rumahnya pada Oliver. Sembari menunggu kedatangan laki-laki itu dan Tehan, ia membalas pesan dari Welda jika ia tak dapat berkumpul di rumah Olivia lantaran sepeda motornya mendadak masuk bengkel. Gadis itu pun memaklumi dan mengatakan jika nanti dirinya akan menjemput Welda bersama Oliver dan Tehan.
Hingga akhirnya, sebuah BMW 6 Series GT berhenti di depan rumah dengan kaca jendela bagian depannya itu terbuka, menampakkan sosok Oliver dan Tehan di dalamnya.
Brak!
Oliver kemudian turun dari mobil. Sembari berjalan menapakkan kaki di paving block, cowok itu nampak merapikan hoodienya. Tak lupa untuk menekan lambang gembok pada remot mobil, meski ia turun hanya sekadar untuk berpamitan saja kepada keluarga Olivia. Sementara Tehan berkaca, merapikan rambut. "Gue kira gak jadi," komentar Olivia saat keduanya berjalan beriringan memasuki rumah.
"Jadi. Sakingnya kita tadi nyasar, njir. Makannya lama," jawab Oliver menggeleng pelan dan mengehembuskan napasnya.
"Kasian ..." Olivia mengomentari. "Ya udah, ini kita langsung berangkat aja. Jan lupa pamit dulu, cuy."
Selepas itu, ketiganya bergerak menuju ke arah mobil. Olivia mengambil posisi duduk di kursi penumpang bagian depan, di sebelah kursi sopir yang kembali ditempati oleh Oliver. Sementara Tehan duduk di belakang. Akhirnya, mobil buatan Jerman itu pun meninggalkan Gardenia Residence menuju rumah Welda, barulah setelah itu mereka akan melanjutkan perjalanan menuju ke mall.
***
Usai memarkirkan mobilnya rapi, keempat remaja yang ada di dalamnya itu turun satu-persatu. Sembari menunggu kedua sahabat dan partnernya memastikan tak ada barang mereka yang tertinggal di mobil, Olivia berdiri mematung di depan mobil. Mengamati kondisi sekitar, nyatanya membuat keringat gadis itu mulai berucuran. Tangan dan sekujur tubuhnya perlahan bergetar hebat. Dan, degup jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Ia membenci hal ini. Sangat malahan.
Gak, Liv, gak ada apa-apa, kok. Everything will be fine, okay?
"Ayo, Ngab!" ajak Oliver menepuk bahu Olivia, menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
"Bentar," kata Olivia memegang dadanya, menghembuskan napas secara perlahan.
Oliver mendekatkan wajahnya. "Kambuh lagi?"
Olivia mengiakan. "Iya. Udah. Ayo!"
Akhirnya, keempat remaja itu berjalan beriringan memasuki pusat perbelanjaan yang terbesar di tanah air yang tinggi menjulang nan ramai pengunjung itu. Di sebelah kanan-kiri mereka, terdapat banyak sekali toko-toko beraneka ragam brand dikunjungi para pengunjung. Dan, entah mengapa, berjalan di sisi Oliver dapat membuat kecemasan Olivia menghilang. Seperti memiliki seorang penjaga atau bodyguard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You [TERBIT]
Teen FictionINSPIRED BY A TRUE STORY "Napa, sih, kamu suka bikin gemes?" tanya Oliver mencubit pipi Olivia yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Cubit aja terosss, sampe molor," komentar Olivia mendengus kesal usai pipi terlepas dari cubitan Oliver lalu m...