"Makasih, Da, buat hari ini," ucap Olivia mengembalikan helm yang dikenakan kepada sang pemilik.
Mada terkekeh. "Hahaha, iya, sama-sama, Liv. Kalo gitu, gue balik dulu. Bye!"
"Iya. Tiati."
Mada menaik-turunkan kepalanya. Laki-laki itu kemudian menarik gas motornya lagi. Bersama kendaraan bermotor itu, ia lama-kelamaan menjauh dari rumah Olivia bak ditelan bumi. Namun, suara kenalpotnya masih bisa memekakkan gendang telinga.
Olivia membalikkan badan dan masuk ke dalam rumah lalu bergerak ke dalam kamar dengan senyuman yang tak luntur sama sekali. Bahkan, ia tidak sadar kalau Chalondra mengamati pergerakannya sedari tadi dari ruang keluarga sampai lantai dua. Aktris pendatang baru itu mengernyitkan dahi melihat tingkah laku sang adik. Tetapi, itu tidak berlangsung lama. Toh, jika ada hal yang membuat Olivia senang, Chalondra juga ikut merasakannya walau Olivia itu tidak ingin menceritakan hal tersebut padanya.
Malam pun tiba. Chalondra keluar dari kamar, berjalan menuju kamar Olivia membawa satu kotak masker wajah. Beberapa kali pintu itu diketuknya. Akhirnya, sang pemilik kamar pun membukakan pintu tersebut.
"Ebuseettt, banyak banget maskernya, Ce. Buat siapa?" tanya Olivia melebarkan kelopak mata.
Chalondra merotasi bola mata. "Buat kitalah."
"Kita?"
"Iya. Gue pingin lo maskeran, biar wajah lo terawat dan glowing."
"What the-"
"Udah, nurut aja," sela Chalondra menerobos masuk, mengakibatkan Olivia terpaksa mempersilahkan kakaknya masuk. "Tidur," pinta Chalondra menunjuk ranjang Olivia.
Walau ragu, Olivia tetap menjalankan perintah gadis itu. Ia berjalan dengan pandangan tak luput dari ranjangnya. Lalu, duduk di tepian dan merebahkan badan di sana. Antara siap dan pasrah akan diapakannya wajah ini oleh Chalondra. Karena, ini pertama kalinya Olivia melakukan hal ini.
"Santai aja, gak usah tegang kayak mau ujian," celetuk Chalondra meletakkan kotak masker itu di nakas, mengambil salah satu kemasan. "Tadi lo dianter siapa?" tanya Chalondra mulai menginterogasi sambil membuka kemasan tersebut.
Olivia terdiam sejenak. "Bukannya lo udah tahu?"
"Maksud gue, cowok apa cewek."
"Cowok."
"Oliver?"
"Bukan." Olivia menggeleng. "Bestie-nya Oliver. Mada."
"Berdua doang?" Chalondra bertanya lagi.
"Nggak. Rame-rame sama temen-temen gue ..., temen-temen satu circle-nya Oliver juga, minus cowok itu."
Niatnya menggumam dan monolog, Chalondra malah tak sengaja menceplos. "Bagus, deh." Artinya, Adelardo bener-bener serius buat ngomongin hal ini ke Oliver sepulang cowok itu sekolah.
"Maksudnya?" tanya Olivia menampakkan kerutan dahi.
"Ah, nggak, nggak papa." Chalondra menjawab menggeleng, diam-diam merutuki kebodohan dalam hati. "Tumben gak ada Oliver."
"Gak tau."
Chalondra mulai memasangkan masker pada wajah adiknya. Selepas itu, barulah ia mengenakan maskernya sendiri dan rebahan di samping Olivia sambil berofoto mirror selfie bersama lalu diunggah di instastory Olivia sambil menunggu masker menyerap minyak alami secara di kulit terus-menerus selama lima belas menit.
"Jan lupa kirim ke gue, ya," ucap Chalondra sedikit sulit berbicara dan mendapat acungan ibu jari dari Olivia sebagai tanda bahwa gadis itu akan segera mengirimkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You [TERBIT]
Teen FictionINSPIRED BY A TRUE STORY "Napa, sih, kamu suka bikin gemes?" tanya Oliver mencubit pipi Olivia yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Cubit aja terosss, sampe molor," komentar Olivia mendengus kesal usai pipi terlepas dari cubitan Oliver lalu m...