"Gue bosen, njir. Enaknya ngapain, ya?" gumam Olivia memperhatikan penampilan PASKIBRAKA SMA Spacelight, di sela-sela matanya terasa gatal dan entah sudah keberapa kalinya ia mengucek indera penglihatan yang tanpa kacamata itu. "Nyari angin keknya sabi, sih," putusnya berdiri dari kursi, mengingat tugasnya telah usai dan ia hanya duduk-duduk santai saja saat ini.
"Mau ke mana, Liv?" tanya Faisal tak sengaja melihat sahabatnya itu beranjak dari tempat di sela-sela ia berbagi canda tawa dengan para penerima tamu yang lain.
Olivia menoleh. "Nyari angin. Bosen gue di sini. Panas juga."
"Emang boleh?"
"Boleh keknya. Orang kita udah gak ngapa-ngapain lagi."
"Gue ikut, ye."
"Ayo."
Olivia maupun Faisal bergegas pergi tanpa tujuan dari bagian resepsionis. Segarnya angin akhirnya dapat mereka rasakan setelah berjam-jam tak ada udara di aula sekolah yang tertutup rapat oleh tenda berwarna merah-putih tulang. Meski tanpa arah, keduanya nampak mengangkat kaki dari area sekolah.
"Enaknya ke mana?" tanya Olivia celingukan, di tengah ramainya jalan raya siang ini.
"Beli jajan, gimana? Mayan, buat ganjal perut. Lagian sekolah juga, belom ngasih jatah makan siang," cetus Faisal memegang perutnya.
"Hm ... Boleh. Ayo."
"Gasss."
Masuk ke dalam minimarket, Olivia dan Faisal melangkah ke arah rak-rak snack serta minuman. Mengambil beberapa di antara mereka dan memasukkannya ke dalam keranjang, kemudian membayar semua barang itu di kasir. Lalu memutuskan untuk duduk di kursi depan minimarket ini demi merasakan angin lebih luas lagi, meski pemandangannya hanya sebatas kegiatan masyarakat.
"Hadehhh, segernya," ucap Faisal usai meneguk dinginnya air mineral di tengah panasnya cuaca. Tak tanggung-tanggung, laki-laki itu merubah posisinya menjadi sedikit miring ke arah lain lalu menyiram kepalanya menggunakan air tersebut.
"Jan ngaco napa, Sal. Jas orang itu. Acaranya juga belom selesai," peringat Olivia melihat jas itu sedikit basah.
"Bodo, Liv. Abis gue gerah. Ini juga jasnya Amel," kata Faisal mengusap-usap wajahnya. "Btw, lo pake jasnya your husband?"
"Hm. Dia sendiri yang minta."
"Ceilah, ihhiiyyyy. Udah gue tebak, njir, dari awal. Emang, ya, orang kasmaran, mah, beda."
"Tapi kalo boleh jujur, gue, tuh, sebenarnya bingung sama Pian," kata Olivia memainkan bibirnya, memperhatikan setiap kendaraan bermotor yang melintas. Lalu merogoh saku jas, mengambil handphonenya dari sana. Siapa tau, Oliver telah membalas pesannya. Tapi, nyatanya, belum atau bahkan tidak. Lantaran, hari sudah semakin sore. Dan, entah mengapa, perasaannya semakin lama semakin kurang nyaman seharian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You [TERBIT]
Teen FictionINSPIRED BY A TRUE STORY "Napa, sih, kamu suka bikin gemes?" tanya Oliver mencubit pipi Olivia yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Cubit aja terosss, sampe molor," komentar Olivia mendengus kesal usai pipi terlepas dari cubitan Oliver lalu m...