Oliver Melviano Aleczander: Oyi.
Oliver Melviano Aleczander: Aku gtw bisa datang atau nggak ini besok.
Olivia Ongkowijaya: Lho, napa?
Oliver Melviano Aleczander: Gak enak badan aku.
Oliver Melviano Aleczander: Gara-gara hujan-hujanan itu keknya.
Oliver Melviano Aleczander: Pusing banget. Pundakku juga sakit.
Olivia Ongkowijaya: Ya udah, istirahat yang cukup kalo gitu. Jan lupa minum obat juga.
Oliver Melviano Aleczander: Iya. Kalau kuat, aku datang.
Oliver Melviano Aleczander: Kalau gak, izinin, ya. Maap juga gak bisa nemenin.
Olivia Ongkowijaya: Iya, gpp. Entar kabarin lagi.
Olivia Ongkowijaya: Get well soon.
Oliver Melviano Aleczander: :D
Oliver Melviano Aleczander: Ntar almamater OSISku kukirim, ya, lewat ojek.
Olivia Ongkowijaya: Emang gpp? Gak ngerepotin?
Oliver Melviano Aleczander: Gak.
Oliver Melviano Aleczander: Senggaknya, jasku nemenin kamu buat launching novel besok. Kan, aku gak bisa datang.
Olivia Ongkowijaya: Sa ae. Ya udah, seterah, deh.
Oliver Melviano Aleczander: Gitu dong, Maniez.
Olivia terdiam di tepi ranjang, usai bertukar kabar dengan Oliver malam ini. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Memandang pendingin ruangan yang tak henti-hentinya mengeluarkan udara sejak tadi siang, seolah menerawang bagaimana kondisi laki-laki itu di sana dan apa yang dilakukannya. Setidaknya, dengan bersandar pada dipan, bisa membuatnya bisa sedikit lega. Seolah, ia menghiraukan untuk tak mengirim pesan pada Amel guna meminjam pakaian yang harus dikenakan esok hari; jas almamater OSIS untuk menghadiri acar launching novelnya selepas menjalani beberapa rangkaian tahap proses penerbitan. Beberapa menit kemudian, ia menggelengkan kepala.
Eh, apaan, sih? Harusnya lo gak kayak gini.
***
Pagi ini, dengan mengendarai motor sportnya, Olivia akhirnya tiba di sekolah disambut dengan alunan lagu My Heart Will Go On dari Celine Dion. Semua tertata rapi dan sedap dipandang.
Stagenya berukuran cukup besar dengan mimbar berlogo khas SMA Spacelight berada di tengah-tengah. Di sisi kanan-kiri, terdapat banyak piala berjejer dari berbagai perlombaan-entah itu akademik maupun non-akademik-dan ukurannya pun berbeda-beda. Dari terkecil hingga paling besar nan tinggi. Seolah menunjukkan jika SMA Spacelight telah berhasil mencetak murid-murid berprestasi. Untuk kursi-kursinya sendiri, masih sama. Tak ada yang diubah posisinya. Jangan lupakan sajian yang telah tertata rapi di dua meja khusus para pejabat. Di belakang sendiri, terdapat bagian resepsionis. Enam buku absensi dan pena, tumpukan boks roti dari salah satu brand roti terkenal, dan beberapa kardus air mineral sendiri telah tersedia di bagian resepsionis. Serta, tak jarang pula, beberapa orang ke sana-ke mari dalam mempersiapkan acara sebelum benar-benar dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You [TERBIT]
Dla nastolatkówINSPIRED BY A TRUE STORY "Napa, sih, kamu suka bikin gemes?" tanya Oliver mencubit pipi Olivia yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Cubit aja terosss, sampe molor," komentar Olivia mendengus kesal usai pipi terlepas dari cubitan Oliver lalu m...