31 - RENJANA ATAU LARA

25 5 0
                                    

Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Beberapa rangkaian ujian telah usai dan semuanya dilaksanakan dengan baik dalam kurun waktu satu bulan ini. Hanya tinggal hitungan saja, para murid kelas XII akan mengangkat kakinya dari gedung yang menjadi tempat mereka menimba ilmu selama tiga tahun ini yang juga menyimpan banyak kenangan di masa-masa remaja terakhir mereka. Suka. Senang. Sedih. Dan, duka. Semua menjadi satu. Hati Olivia sangat begitu lega merasakannya. Meski berat dan susah akan permasalahannya dengan Oliver, tetapi ia senang karena para sahabatnya dan Devano selalu menemani Olivia selama ini.

Sesuai dengan pengumuman yang disebarkan semalam di grup chat kelas masing-masing, hari ini mereka, akan menjalani sesi pemotretan untuk foto ijazah. Alhasil, jamkos pun diadakan selama seharian penuh. Tentu saja hal itu membuat para murid bersorak kegirangan, meski mereka harus mengantri lama dan harus sesuai dengan urutan kelas.

Kini, Olivia, Nadine, Salma, dan Nia bergegas pergi menuju studio-tempat pemotretan diadakan.

Sepanjang melangkah, pikiran Olivia tiba-tiba terisi akan berbagai macam hal random; seperti bagaimana jalannya pemotretan nanti? Akankah hari ini akan menjadi hari yang sangat membosankan baginya?

Hingga pikirannya tertuju pada satu titik ketika ia menginjakkan kaki di lantai pertama. Gadis itu spontan menoleh ke kiri, memperhatikan para murid di sana yang keluar dari kelas. Saling melontarkan canda tawa dengan suara yang menggema di lorong. Tapi, sosok yang mengisi pikirannya itu tak menampakkan batang hidung. Begitu pun dengan gengnya. Sadar, Olivia menggelengkan kepala. Mengusir pikirannya mengenai hal-hal berbau Oliver.

Lo. Dia. Kalian. Itu cuma temen, Liv. Gak lebih.

Tapi, sayangnya, Olivia harus mendengar berita yang seharusnya sudah menghilang sejak dirinya bertengkar hebat dengan Oliver.

"Dia Kak Olivia, bukan? Cece-cece yang pacarnya Kak Oliver itu, lho."

"Iya."

"Penulis novel itu, kan? Hebat, njer."

"Salut gue sama dia."

"Bisa bikin Kak Oliver cair, berkarya lagi."

"Kak Oliver sama Ci Olivia, tuh, definisi pacaran grow up together. Lomba bareng, menang, bareng. Denger-denger juga, mereka sering study date. Aaaaa, pingin kek mereka jadinya."

"Ci, tuker tempat, boleh, ga?"

"Ngaco! Udah jelas-jelas Kak Oliver selalu cuekin lo dan udah ada pawang, masih aja nekad."

Dan, Olivia hanya bisa menghela napas pasrah. Jauh di dalam lubuk hati, rasanya ingin cepat-cepat melakukan pemoteratan tanpa harus mengantre dan meninggalkan tempat ini. Mengingat studio berada di area kelas X.

Dugh!

"Eh, maaf banget, yaaa," ucap Olivia merasa bersalah pada Ilona yang membuat handphone Ilona jatuh dengan sendirinya saat tak sengaja menyenggol bahy Olivia sesampainya di area gedung B.

"Iya gak papa," Ilona mengecek kondisi handphonenya. "HP gue aman, kok. Lagian gue yang salah. Gue gak liat-liat kalo jalan."

Menyaksikan itu bersama dua sahabatnya yang lain, Nia menghela napas lega.

"Bagus kalo sadar. Kirain, gue kudu beli kaca buat lo," Oliver datang menyahut pedas dari samping bersama D'Atama Boys, lalu merangkul bahu Olivia secara tiba-tiba dan menggiring gadis itu ke studio.

Hal itu sontak mengejutkan para murid. Berbagai ekspresi pun dilontarkan. Namun, Oliver sama sekali terlihat tak peduli dengan semua itu.

"Tangannya," peringat Olivia melirik tangan Oliver yang masih setia berada di bahunya.

Days With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang