15 - KILAS BALIK

30 5 0
                                    

SD Cakra Buana Surabaya, 29 Agustus 2014

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SD Cakra Buana
Surabaya, 29 Agustus 2014

"Kiri! Kiri! Kiri-kanan, kiri! Kiri! Kiri! Kiri-kanan, kiri!"

Di bawah teriknya sinar ultraviolet, dua regu gerak jalan yang masing-masing memiliki anggota berjumlah sebelas itu berlatih untuk mempersiapkan pertandingan 17 Agustus-an antar sekolah. Dan, gerak jalan merupakan olahraga yang terakhir diadakan. Suara calon para peserta begitu menggelegar ke seluruh penjuru area sekolah yang terkenal akan prestasinya di bidang akademik maupun non-akademik.

"LEBIH KERAS LAGI! AYO, KELUARIN SEMUANYA! TENAGA! SEMANGAT! DAN, KERINGAT KALIAN!" teriak seorang pria paruh baya mengenakan baju olahraga berwarna merah dan celana joging hitam serta topi yang senada dengan baju olahraganya sembari bertepuk tangan dengan keras-menyalurkan pada para muridnya.

Di tengah-tengah itu, seorang gadis menyipitkan matanya. Sengaja. Agar tak silau terkena sinar matahari. Ya, dia adalah Olivia Ongkowijaya. Gadis yang sering kali dipandang sebelah mata oleh teman-temannya di sekolah akibat pernah mengalami koma dan mati suri dua tahun yang lalu. Kini ia berdiri tegak di antara teman-temannya itu, berusaha membuktikan bahwa ia bukanlah gadis yang lemah.

Di balik baju olahraganya, kulit putih mulus Olivia telah di lintasi entah berapa bulir keringat. Dari pelipis lalu turun mengalir melewati pipi mulusnya hingga menetes begitu berada di ambang dagu. Matanya menyorot tajam ke depan, seperti ada kobaran api yang siap membakar apapun yang ada di sekitarnya. Langkahnya membuat sepatu yang ia kenakan sedari tadi berbunyi bagaikan suara kaki kuda yang berlari dengan cepatnya.

"Buka barisan-Jalan!" Komandan regu putri memberi aba-aba bagi regunya.
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah ke samping kanan atau kiri, sedangkan regu tengah tetap.

Kedua sudut bibir Olivia mengembang lebar, membentuk bulan sabit. Ini adalah bagian yang ia sukai. Ya. Berhubung gadis itu berada di regu kanan. Alhasil Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah ke samping kanan atau kiri, sedangkan regu tengah tetap.
Namun, itu tak berlangsung lama ketika guru olahraga memberi aba-aba berhenti. Pria paruh baya itu mendekat ke arah Olivia dan menunjuknya. "Hei! Kamu! Anak penyakitan, keluar sana!"

Keadaan seketika menjadi tegang. Semua pandangan dengan berbagai tatapan itu tertuju pada gadis keturunan Tionghoa itu. Kebisingan akan suara regu putra sudah tak dapat terdengar lagi, seolah-olah tenggelam dalam lautan. Membuat Olivia mendorong ludahnya ke dalam kerongkongan dengan susah payah.

"CEPET!" bentaknya sembari membelakkan mata.

Olivia mengerjap kaget. "I-iya, Pak."

Gadis itu langsung berlari kecil meninggalkan lapangan. Namun lama-kelamaan, tempo berlarinya menjadi lebih cepat dan kencang melalui koridor kelas yang sepi. Tak ada satupun orang di sana. Maklum. Sebab, saat ini KBM masih sedang berlangsung. Dan, sebisa mungkin untuk tidak mendengar bisikan-bisikan temannya. Bahkan Olivia menghiraukan lututnya yang semakin terasa sakit.

Days With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang