05 - KOMPETISI PIDATO BAHASA INGGRIS

44 6 0
                                    

Olivia turun dari Lexus LS 500H yang dikemudikan oleh sang sopir, Pak Jaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Olivia turun dari Lexus LS 500H yang dikemudikan oleh sang sopir, Pak Jaka. Berlari ke arah teman-temannya yang telah berkumpul membentuk barisan layaknya apel hari Senin di tengah-tengah lapangan sekolah sebelum Sports and Arts Week dimulai. Namun, ia merasa ada yang aneh dalam dirinya. Gadis itu sama sekali tak merasa jika seluruh tubuhnya tak gemetar sama sekali. Tak ada satupun keringat dingin yang mengalir dari pelipis. Dan, napas yang terengah-engah. Hanya ada jantungnya berdetak seperti biasanya dan tempo oksigen dan karbondioksida yang ada, terasa normal, tak seperti lari maraton.

Tiba di barisan bagian putri, Olivia memilih berbaris di belakang Welda. Matanya mengamati setiap apa yang ada di hadapannya sembari menghela napas panjang. Seperti ruang administrasi, kantor kepala sekolah, ruang multimedia, lorong menuju kantin, dan kelas IPA. Termasuk, keberadaan Oliver yang nampak berdiri tegap di bagian depan pada barisan laki-laki.

Optimis. Percaya diri. Hasil, pasrahin sama Tuhan. Semangat, Olivia!

Prok! Prok! Prok!

Tepuk tangan kepala sekolah menggema ke seluruh penjuru sekolah, mencuri perhatian para peserta. Pria itu berdiri sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Menatap satu-persatu para anak didiknya yang siap mengikuti kompetisi kali ini. Lalu, membuka mulutnya setelah sekian lama terdiam.

"Selamat pagi, anak-anak!"

"Pagi, Pak!"

"Sebelum lomba dimulai, saya ingin mengatakan beberapa hal. Kompetisi Sports and Arts Week ini memang dadakan. Sudah dari pihak Yayasan memang. Bukan dari pihak sekolah. Saya hanya ingin mengucapkan, terima kasih telah bersedia mengikuti kompetisi ini dan mengorbankan waktu untuk tidak mengikuti KBM selama tiga hari belakangan ini.

Dan, yah. Usaha tidak akan mengkhianati hasil tentunya. Saya percaya, kalian sudah bekerja keras untuk mempersiapkan semua ini dalam waktu singkat. Sisanya, serahkan kepada Tuhan. Dan, marilah kita berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Berdoa, mulai."

Semua orang yang berada di situ mulai berdoa sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing.

"Berdoa, selesai," ucap kepala sekolah, membuat semua peserta mendongakkan kepala mereka kembali. "Untuk yang pidato bahasa Indonesia, silakan siap-siap di lapangan futsal. Sedangkan pidato bahasa Inggris, di aula, ya, di rooftop. Dan, untuk yang sisanya, silakan kalian berangkat menuju tempat masing-masing kompetisi diadakan."

***

"Ayo, Liv. Latihan dulu. Biar gak kaget. Gak nervous ntar pas lomba," pinta Oliver menyodorkan mikrofon pada Olivia, yang ia ambil dari meja guru pengawas.

Kini, keduanya telah berada di aula. Ruangan ini begitu bersih. Ya, ruangan ini telah disulap. Tujuh belas kursi dan dan delapan bangku tertata rapi. Tiga di antara bangku tersebut terpasang taplak meja bermotif bunga berwarna merah muda. Tak lupa dengan papan nama meja yang bertuliskan nama kedua juri serta guru pengawas di atasnya. Dan, sebuah mimbar terletak di depan ruangan. Sungguh, berbeda jauh dengan kemarin. Di sisi lain, semua ini juga berkat Welda dan Tehan kemarin.

Days With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang