Keesokan harinya, usai membayar uang SPP, Olivia memasukkan buku putih tipis tersebut ke dalam plastik. Pamit kepada staff dan mengangkat kakinya dari sana. Selepas itu, tentu saja tujuannya kembali ke kelas.
Sebenarnya, keinginan bolos dalam hati menyeruak cukup besar hari ini. Ia butuh menyegarkan pikirannya sejenak saat ini. Entah itu pergi ke mall, mengendarai motor sepuasnya, atau mencoba berbagai macam street food. Tapi, ia tidak ingin tertinggal materi pelajaran dan berusaha profesional seolah semuanya baik-baik saja.
"Itu Faisal?" monolognya melihat laki-laki gemulai berjalan berlawanan arah membawa tas yang diduga milik seorang guru, tepat ketika ia tiba di lantai dua. "Eh, iya, anjir. Sal!" panggilnya yakin, sedikit menaikkan volume di akhir.
"Aloo, Lip," balas Faisal berlari kecil mendekat ke arah Olivia.
Hal itu seketika membuat Olivia teringat akan percakapan mereka beberapa hari yang lalu di acara peluncuran novelnya. "Anyway, gue mau nanya, dong. Lo udah bilang ke Oliver belom tentang 'itu', yang kita bahas pas launching," jelasnya.
Faisal sedikit berpikir. "Bentar ... Oh, yang penjelasan?!"
"Sssttt, pelan-pelan, anjirr!!"
"Maap, maap."
"Jadi?" Olivia bertanya ke topik awal.
"Belom, sih. Orang kemarin, tuh, ya, kehambat rapat OSIS ama latihan Paskib. Waktu itu juga, rencananya gue mau nanya ke dia pas udah selesai. Tapi, dia udah keburu pulang. Mana ngebut lagi bawa motornya," jelas Faisal mengingat kejadian kemarin.
Mendengar itu, Olivia terdiam sejenak lalu menganggukkan kepalanya paham. "Syukur, deh. Lo gak usah ngasih tau dia kalo gitu."
"Lho, napa?! Gak papa, Liv. Lo mau digan—"
"Dia minta sebatas temen aja sama gue, gak lebih," potong Olivia cepat membuat Faisal membelakkan mata.
"Serius?! Anjir,mbaperi tok gak gelem tanggung jawab."
"Udah, gak papa. Gue bisa cari lagi, kok."
"Mantap! Semangat, ya, Liv."
"Always. Makasih."
"Anytime."
***
Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Istirahat. Jika biasanya Olivia memilih pergi ke kantin, maka saat ini ia lebih baik mendengarkan musik di dalam kelas. Tentu saja tujuannya ialah menghindar dari Oliver yang saat ini menjaga Kopsis bersama Welda dan Naura. Tetapi sepertinya rencana itu gagal disebabkan Nia memaksanya menemani membeli perlengkapan sekolah.
"Kalo ketemu, biasa aja, Liv. Tunjukkin kalo dunia kalian, tuh, baik-baik aja. Gak lucu kalo marahan, trus, koar-koar," pesan Nia merangkul bahu Olivia disertai tertariknya sudut bibir melengkung ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You [TERBIT]
Roman pour AdolescentsINSPIRED BY A TRUE STORY "Napa, sih, kamu suka bikin gemes?" tanya Oliver mencubit pipi Olivia yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Cubit aja terosss, sampe molor," komentar Olivia mendengus kesal usai pipi terlepas dari cubitan Oliver lalu m...