10 - PERKARA TUGAS

41 6 0
                                    

"Belom pulang?" tanya Oliver dari atas motor sport hitamnya, melihat Olivia celingukan di depan gerbang sekolah sembari sesekali memandangi handphone

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Belom pulang?" tanya Oliver dari atas motor sport hitamnya, melihat Olivia celingukan di depan gerbang sekolah sembari sesekali memandangi handphone.

Mendengar pertanyaan itu, Olivia menoleh. Ia cukup terkejut melihat tujuh motor sport tengah berbaris menjadi dua bagian ke belakang dengan dipimpin oleh Oliver dan Mada. Tapi, gadis itu berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya. "Belom. Ini masih mau pesen ojek," jawabnya santai.

"Tumben, biasanya dijemput sopir."

"Sopirku pulang kampung, ngurus surat-surat kematian orang tuanya."

"Aku antar, gimana?" Oliver menawari.

"Hah?" beo Olivia.

Sungguh, ini di luar dugaannya. Jika dipikir-pikir, tawaran ini lumayan bagi Olivia. Sebab, ia tak perlu repot-repot mengeluarkan sisa uang saku hari ini dan kecemasannya takkan hadir kembali. Meski, Olivia tahu, bahwa tak selamanya gadis itu berada dalam zona ini.

Tak hanya Olivia, G7 D'Atama, juga seketika membentuk bulat mulut mereka masing-masing. Di sela-sela itu, Mada menoleh ke belakang, memberi teman-temannya kode mata dan mereka pun langsung mengiakan disertai dehaman Adnan.

Oliver mengangguk. "Iya. Aku antar aja, gimana? Kalo nunggu ojek juga, lama."

Mata Olivia tertuju pada geng tersebut. Melihat satu-persatu anggotanya, lalu kembali memandang Oliver. "Ok, deh," jawabnya sedikit ragu.

"Yok, naik. Bisa, kan?"

"Bisa."

"Bentar," jeda Oliver melepas tas dan mengambil sesuatu dari dalam. Ternyata, hoodie hitam lalu memberikannya pada Olivia. Mengingat hari ini, ia mengenakan jas hitam. Sedangkan, Olivia sendiri memakai blazer putih dan rok span pendek—secara terpaksa. Lantaran, ini merupakan permintaan Bu Henny. "Buat nutupin," ucapnya.

Olivia mengangguk paham. Walau sedikit ragu, ia tetap menerimanya. Barulah, setelah itu, mereka meninggalkan area sekolah yang hanya menyisakan anak-anak ekstrakurikuler.

Matahari yang berada di ufuk barat masih terlihat jelas memancarkan sinarnya, meski pepohonan rindang sepanjang jalan terkadang menghalangi. Suasana kota Surabaya sore ini ramai nan sedikit lancar. Dan, suara klakson kendaraan yang berbunyi di mana-mana.

Selama perjalanan, baru kali ini, Olivia benar-benar menikmati suasananya sembari bersedekap. Mustahil sekali rasanya memeluk perut Oliver. Lagipula, ia takut laki-laki itu merasa risih. Sesekali pula, melihat ke belakang. Terdapat Mada dan Zacky pada urutan kedua. Di barisan selanjutnya, ada Adnan juga Levi. Dan, terakhir, ada Bryan serta Adzra. Olivia kira, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Nyatanya, ia salah besar. Sebab, G7 D'Atama mengikutinya dan Oliver hingga tiba di kediaman gadis itu yang bermodel industrial modern dua lantai dengan pagar yang menjulang tinggi.

"Wah, wah ... Oyi jadi bad girl. Pulang sekolah dianterin cowok-cowok," goda Oliver usai Olivia memberikan helmnya kembali.

"Kan, mereka yang ngikutin. Lagian, aku juga, gak nyuruh, kok. Wleekkk!!!" Olivia menjawab menjulurkan lidah.

Days With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang