CHAPTER 02

8.7K 425 41
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

--------

Plak!

Suara tamparan itu menggema keseluruh kantin membuat semua orang yang ada disana memejamkan mata kuat-kuat. Dalam hati mereka meringis seakan ikut merasakan bagaimana rasa tamparan itu. Sementara yang ditampar memegang pipinya yang memerah akibat tamparan itu, bahkan jejak telapak tangan ada disana.

Regal si pelaku menatap benci gadis didepannya. Rahangnya mengeras dengan muka merah padam, nafasnya menderu cepat dan kedua tangan disisi tubuh mengepal kuat. Tidak ada rasa bersalah sama sekali di hatinya karena sudah menampar gadis itu yang mana adalah kekasihnya sendiri. Hanya ada rasa benci yang meletup-letup didadanya. Ingin rasanya Regal meremukkan badan mungil itu kemudian dilempar ke dinding kalau dia tidak ingat Adel seorang perempuan.

Dengan penuh emosi Regal berteriak keras hingga urat-urat lehernya keluar. "GARA-GARA LO ANABEL GUE KELUAR MASUK KAMAR MANDI! DIA NANGIS-NANGIS KARNA PERUTNYA SAKIT! SEMUA KARNA LO!" disetiap ucapannya Regal menunjuk-nunjuk Adel dengan kobaran api dimatanya.

Hening. Tidak ada suara dikantin itu selain suara teriakan Regal yang begitu keras dan rasanya teriakan itu sampai kekantor guru. Orang-orang diluar kantin sampai berbondong-bondong masuk kekantin untuk melihat sebuah adegan yang menurut mereka begitu menyenangkan.

Adel dengan sikap tenangnya menatap Regal sambil menurunkan tangannya dan berhenti disisi tubuh. Mata gadis itu membalas tatapan marah Regal dengan tenang.

"Salahku apa lagi?" tanya Adel tenang kendati hatinya berdenyut sakit karena lagi-lagi mendapat kekerasan dari orang yang sama dengan alasan yang sama pula. Gadis bermuka mungil itu mengerjapkan matanya yang memanas. Tidak. Adel tidak boleh menangis. Ia tidak boleh menunjukkan sifat lemahnya didepan semua orang yang selalu menindasnya.

Rasanya Regal ingin melempar Adel menggunakan meja yang disampingnya ketika gadis itu masih bertanya apa salahnya. Dengan kalut Regal menjambak rambut panjang Adel menggunakan tangan kirinya membuat Adel mendongak sambil meringis karena jambakan Regal yang begitu kuat. Tangan kanan Regal kembali menampar Adel berkali-kali dengan kuat menyalurkan emosi sampai sudut bibir Adel mengeluarkan darah.

Adel berteriak kesakitan, menangis memohon ampun agar Regal menghentikan tamparannya. Sungguh, tamparan Regal begitu sakit sampai rasanya gigi Adel sebelah kiri rasanya ingin copot.

Regal yang diselimuti oleh emosi yang tidak terbendung menutup kuping rapat-rapat mendengar permohonan lirih itu. Matanya yang menggelap menatap mata Adel yang menatapnya dengan tatapan memohon. Bukannya kasihan Regal malah menambah ritme tamparannya membuat Adel melonglong kesakitan dengan airmata berderai.

Sementara orang-orang disekeliling mereka hanya diam, tanpa ada niatan untuk membantu meski kondisi Adel begitu mengenaskan. Rasanya gadis itu akan mati ditangan pacarnya sendiri tapi tak satu orang pun mau menolongnya.

Sementara teman-teman Regal menatap pemandangan itu dengan tatapan santai seolah mereka sedang menonton. Sesekali mereka memakan makanan masing-masing sambil bermain hape. Teriakan Adel dan suara tamparan yang dilayangkan Regal tidak membuat mereka terganggu.

Emosinya sedikit reda membuat Regal berhenti menampar Adel. Dia melepaskan Adel kemudian mundur perlahan sambil memasang muka dingin. Adel jatuh terduduk dengan kondisi yang begitu memprihatinkan. Rambutnya terlihat berantakan dan rasanya kepala Adel ingin pecah.

Uhuk! Uhuk!

Adel terbatuk hebat dan kaget saat ia memuntahkan darah membuat Regal yang melihatnya membulatkan mata dan segera berlari menghampiri Adel.

"D-del." Regal merangkul bahu Adel dengan kilat mata memancarkan kekhawatiran. Ia menatap mata gadisnya yang terpejam. "Del.. lo gapapa kan?" tanya Regal panik sambil menyeka darah disudut bibir Adel.

Adel tidak menjawab, dia sibuk memejamkan mata untuk meredakan rasa sakit yang seakan meremukkan badannya. Sepersekian detik bibir Adel bergetar kemudian terdengar suara isakan kecil namun sekuat tenaga ditahan oleh gadis itu.

Regal yang melihat itu terpaku, jantungnya seakan diremas melihat gadisnya menahan tangis.

"Sa-sayang." panggil Regal bergetar hendak memeluk Adel namun Adel dengan sisa tenaga mendorong dada Regal kemudian menyeret pantatnya mundur.

Adel mengedip-ngedipkan matanya dengan airmata terus berjatuhan diatas roknya. Dia menatap Regal dengan penuh kesakitan didadanya. Dada Adel sesak, nafasnya tercekat dan terasa sakit ketika menelan ludah.

Uhuk! Uhuk!

Kembali Adel memuntahkan darah ke roknya membuat Regal semakin dilanda kepanikan. Ia mendekati gadisnya kemudian membawanya kedalam gendongannya ala bridel style dan hendak keluar dari kantin sampai kemudian suara teriakan membuat Regal tanpa sadar menjatuhkan Adel membuat punggung Adel menghantam lantai kantin.

"GAL, ANABEL JATUH DIKAMAR MANDI!" teriak seorang gadis diambang pintu kantin dengan muka panik.

Regal dengan segala kekhawatiran di dadanya tanpa perasaan melangkahi badan Adel begitu saja dan berlari menuju kamar mandi. Teman-teman Regal dan semua murid dikantin ikut menyusul, melangkahi badan Adel begitu saja dan tinggallah Adel dikantin seorang diri.

Ibu kantin menghampiri Adel yang berada diambang kesadaran dan membawa gadis itu tidur diatas kursi yang sudah disusun dibantu oleh bapak-bapak petugas kebersihan.

"Ya Allah neng, astagfirullah." Ibu kantin menitikkan airmata melihat kondisi Adel yang begitu mengenaskan. Darah mengotori seragam gadis itu membuat Adel persis seperti korban pembunuhan saking banyaknya darah.

Adel berkedip lemah, nafasnya berhembus amat pelan sebelum kemudian mata teduh itu tertutup bersamaan dengan tangan Adel yang ada diperut meluncur jatuh.

Rabu 6 Oktober 2021

ADELNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang