ADELNIA || 32

4K 223 240
                                    

    Follow me :)

    *****

    HAGA hari itu ramai. Mereka mendiskusikan apa yang akan mereka persembahkan untuk merayakan ulang tahun sekolah yang ke-50 tahun.

    Setiap tahun sekolah Haga akan selalu ramai, mereka antusias untuk menunjukkan bakat mereka. Terkadang seseorang yang tidak pernah menjadi pusat perhatian, namanya akan dikenal warga sekolah ketika dia menunjukkan bakatnya diatas panggung.

    Secara tidak langsung, acara ulang tahun sekolah menaikkan pamor mereka. Bukan hanya kecantikan yang dipandang, tetapi juga skill mereka.

    Di saat kelasnya ramai membicarakan ulang tahun sekolah apa yang akan mereka persembahkan. Adel yang duduk dibangku belakang memakai headset, mendengar lagu dari ponsel sembari membaca buku. Dia tidak peduli sama sekitarnya.

    Kehadiran seseorang yang baru tiba di pintu kelas membuat suasana kelas hening. Mereka kompak menatap sosok pria yang selama ini hilang kabar karena pertukaran pelajar di Inggris dengan mata melotot lebar. Mulut mereka menganga terkejut melihat sosok yang sudah hilang selama setengah tahun ini.

    Sosok bermata dingin itu, mengalahkan dinginnya tatapan Putra Amagas, menatap seisi kelas, mencari seseorang.

    "Ada Adel?" suara halusnya terdengar membuat Hani si ketua kelas yang tengah duduk didepan pintu, dengan Kinar disebelahnya dibuat menahan napas mendengar suara yang sudah lama tidak mereka dengar.

    Hani meneguk ludahnya. "I..itu, di.. di be-lakang.." Hani menunjuk Adel dengan telunjuk yang menggantung diudara dengan bergetar. Pandangannya bahkan tidak berani menatap sosok yang beberapa senti dihadapannya. Hani memejamkan mata, menghirup dalam aroma mint yang sudah lama tidak dia hirup. Menenangkan.

    Maju dua langkah. Pandangannya mengarah kebelakang sebelum berjalan menuju kesana.

    Suasana didalam kelas itu begitu hening. Mata semua orang mengarah pada Ketua Osis yang katanya baru tiba tadi malam. Aromanya menguar ke seluruh kelas karena terbawa angin. Bahkan Adel tanpa sadar memejamkan mata, menghirup wangi itu.

    Aroma itu semakin dekat. Bahkan berhenti didepannya. Adel mendongak, mata coklatnya bertemu dengan mata hitam kelam itu. Keduanya saling memandang, tanpa sadar jantung salah satu diantara mereka berdebar setelah sekian lama.

    Kening Adel mengerut samar. Dia pernah melihat pria ini. Tapi dimana?

    Kedua tangannya berada di saku celana abunya lalu berkata datar. "Lo Adel?" suaranya terdengar halus setiap telinga yang mendengar. Baru ini Adel mendengar suara yang begitu halus.

    Adel mengangguk kaku. "I-iya, kak." gugup Adel. Adel baru sadar lelaki muda dihadapannya seorang Ketua Osis terlihat dari jas almamater hitam yang dikenakan. Adel membaca nama jabatan pria itu yang tercantum jelas didada kiri jasnya.

    "Gue ada urusan sama lo. Ikut gue." dia berbalik, melangkah menuju pintu kelas. Namun langkahnya mendadak berhenti tepat dihadapan Hani. Hani mengerjap sebelum menunduk dengan takut.

    Matanya menghunus tajam lalu berkata dingin. "Lo ga becus jadi ketua kelas. Meja kursi berantakan. Malah lo biarin." setelah mengatakan itu dia melangkah pergi.

    Sedetik kepergiannya, semua kompak bergerak sambil menghela napas lega. Ada yang bahkan menjatuhkan tubuhnya yang lemas, duduk di lantai. Sosoknya sudah pergi dengan meninggalkan aroma yang menenangkan yang samar.

    Adel mencabut headsetnya, menyimpannya ke dalam tas bersama dengan bukunya. Lalu pergi menyusul kepergian pria itu sambil memikirkan kesalahan apa yang sudah dia perbuat.

ADELNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang