Follow me :)
*******
ADEL mendorong pintu Indomaret lalu masuk, disusul Putra dari belakang. Kedua kaki kecilnya menyusuri setiap rak mencari letak susu kotak khusus ibu hamil. Sementara Putra terus mengikuti sambil memainkan ponselnya, sesekali memperhatikan wanitanya.
Saat menemukan rak susu ibu hamil Adel berhenti melangkah. Tanpa melirik-lirik kearah lain mata Adel langsung jatuh pada susu kotak coklat. Adel meraihnya dan membaca khasiatnya.
"Kayaknya ini cocok buat Adel." kata Adel pada Putra yang segera mengantongi ponselnya dan mendekati istrinya.
Putra mengambil kotak ditangan Adel dan membaca isinya. "Ini kandungannya beneran aman kan sama babynya nanti?"
Adel mengangguk sembari mengusap perutnya dengan tangan kirinya. "Aman, kak. Mualnya Adel ga parah banget. Cocok lah buat si bayik."
Putra menoleh, "beneran aman? Atau kita minta pendapat dokter dulu? Takut gue kalau bayinya alergi."
Adel memutar bola matanya malas. Sikap posesif Putra kadang membuatnya sebal. "Aman sayang.. kamu ga usah khawatir karna kan selama ini Adel tuh gada penyakit alergi. Percaya deh." Adel berkata lembut dengan senyum menenangkan.
Wajah penuh keyakinan istrinya dan ucapan sayang dari Adel membuat Putra mengangguk dengan kuping memerah. Putra berharap Adel tidak melihat kupingnya yang selalu menunjukkan reaksi jika sedang salting.
"Yaudah ambil yang ini aja." kata Putra. Dengan tangan kiri memegang kotak yang dipegang, Putra mengambil dua kotak lagi dari rak. Membuat Adel melotot kecil.
"Gak kebanyakan, kak?" tanya Adel.
Putra menggeleng datar. "Enggak lah! Tiga gini rasa aku kurang! Makanya minum susunya kuat biar babynya gemoy pas lahir nanti." ucap Putra mengacak rambut Adel.
Adel mencekik sebal, menjauhkan tangan Putra dan merapikan rambutnya yang malam itu ia gerai. "Kakak, ih, udah rapi gini dihancurin."
Putra terkekeh. Seorang wanita lewat dibelakang mereka membuat Putra mengubah raut wajahnya menjadi datar. "Udah? Ini aja? Atau masih ada yang lain?" tanya Putra menatap Adel.
Adel menggeleng. "Gada, kak. Kebutuhan rumah juga masih ada."
"Yaudah, kita bayar dulu." kata Putra merangkul pundak Adel dan keduanya berjalan menuju kasir. Putra meletakkan tiga kotak susu itu keatas meja kasir.
Selesai melakukan pembayaran Putra mendorong pintu dengan tangan kirinya. Membiarkan Adel lebih dulu keluar baru disusul dirinya dengan tangan kanan menenteng plastik berisi susu untuk Adel.
Keduanya pulang kerumah menggunakan motor merah milik Putra dengan Adel menenteng plastik.
Sesampainya dirumah Adel langsung pergi kedapur untuk membuat susu. Sementara Putra menutup pintu rumah setelah memastikan motornya sudah digembok dengan aman. Rumah mereka kecil, tidak memungkinkan Putra untuk membawa motornya masuk. Apalagi benda itu besar.
Putra masuk kedalam kamar, melepas jaketnya lalu digantung ditempat semula sebelum melempar badannya kekasur. Tak lama, Adel masuk sambil membawa gelas ukuran sedang. Meletakkannya diatas nakas.
Sembari menunggu susunya agak dingin, Adel menghampiri meja belajarnya. Dia ingin mengecek tugas sekolah untuk besok pagi. Dan Adel baru ingat tidak ada tugas untuk besok. Perempuan itu pun menyusun buku tulis sesuai mata pelajaran dan disusun kedalam ransel agar besok pagi dia bisa tenang.
"Pelajaran untuk besok udah disiapin 'kak?" tanya Adel sambil menyusun beberapa pena dan pensil kedalam kotak pensil.
Putra yang tengah bermain hp menjawab datar. "Udah," sebelum mereka pergi tadi ke supermarket, Putra yang kebetulan sedang mengerjakan tugas sembari menunggu Adel lagi mandi langsung menyusun materi untuk besok setelah selesai mengerjakan tugasnya bertepatan dengan Adel yang keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Dla nastolatkówCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...