Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
-----------
REGAL menyesal? Tentu saja! Dua jam perang batin di markasnya. Regal memutuskan kembali ke klub milik Ganzalos yang bernama Fours. Klub itu milik Kalka yang merupakan wakil ketua Ganzalos.
Saat Regal sudah tiba disana, bodyguard menghalangi dirinya untuk masuk. Alhasil, Regal menghajar mereka dengan tangan kosong. Mereka tidak diam begitu saja, dua bodyguard itu membalas tinju Regal. Tapi, dasarnya sudah mahir soal perkelahian dan dua bodyguard tolol ini gampang dibaca membuat Regal menang.
Excited yang di rasakan tadi langsung hilang saat Regal melihat ke tempat duduk Garion. Kosong. Sudah tidak ada orang. Menyisakan pelayan yang sedang membereskan gelas kosong.
Kedua lutut Regal langsung lemas. Apakah Adel baik-baik saja? Apakah mereka berhasil merusak Adel? Regal berharap itu hanya mimpinya. Dia tak sanggup membayangkan jika hidup Adel bertambah hancur. Padahal, harapan satu-satunya Adel ada pada beasiswanya.
"Permisi."
Suara itu membuat pelayan tersebut yang tengah berjongkok, mendongakkan kepalanya. Melihat Regal musuh dari pemilik klub tempat ia bekerja berdiri di depannya dengan wajah dingin.
"Iya, bang. Ada yang bisa dibantu?" tanya pelayan cowok itu. Tangannya berhenti bergerak yang tengah menyusun gelas dan botol kosong ke atas nampan.
"Si Garion mana?" tanya Regal tanpa basa basi.
"Oh, bang Gari. Udah masuk kamar." jawabnya takut-takut karena Regal menatapnya dengan tajam.
Alis Regal menukik. "Sama cewek?"
Pelayan itu terdiam, wajahnya terlihat berpikir. "Iya, kalau gak salah sama cewek gaun putih. Iya, sama cewek."
Rahang Regal langsung mengeras. Tangannya mengepal. Tanpa mengucapkan sesuatu Regal langsung berlalu. Melihat salah satu bodyguard yang terkapar lemas di lantai. Regal menendang kuat kakinya, hingga pria berbadan besar itu menjerit kesakitan.
-Adelnia-
"KENAPA, lo? Mukanya kayak belum dapat jatah sebulan." Mark datang membawa dua gelas kopi yang mengepulkan asap tipis dan diletakkan diatas meja. Dia duduk di sebelah Regal yang mengacuhkan kedatangannya.
"Si anj! Malah di kacangin!" kesal Mark. Dia meraih gelas kopinya lalu meniup dengan pelan. Matanya menatap kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.
"Gue udah nelpon tukang service beresin ini markas yang udah kayak kapal pecah." Virzi duduk di sofa single dengan mata menuju ponsel. Tangannya bergerak cepat membalas pesan para gadis-gadisnya.
Tadi malam Regal membuat rusuh. Setengah jam meninggalkan markas, lalu pulang dengan ngamuk. Regal menghancurkan semua perabotan. Karena itu, Virzi dan yang lainnya harus memakai sendal, menghindari serpihan kaca yang ada dimana-mana.
Untungnya, kejadian itu di ruang tengah. Yang mana barangnya tidak sebanyak di ruang tamu.
"Lo tadi malam kenapa ngereok? Nyesel ngasih Adel ke mereka?" tanya Mark setelah kopinya habis setengah. Cowok itu menatap Regal meminta penjelasan.
Regal bungkam. Dia lebih tertarik menikmati kopi buatan Mark ketimbang membalas pertanyaan cowok itu.
"Bukannya ini yang lo mau? Daripada ngorbanin Ana. Mending Adel. Ngapain lu nyesel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...