Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
----------
Kringg...
"Baiklah, tugas dari Ibu kalian selesaikan dirumah. Minggu depan dibawa. Ibu permisi. Selamat siang."
"Siang, Bu.." balas semua muridnya dengan semangat membuat sang guru tersenyum tipis lalu keluar dari kelas sambil membawa buku dan tasnya.
Adel menutup bukunya, membuka resleting tasnya lalu memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Kemudian meraih botol minum kemudian diteguk.
Brak!
Meja miliknya digebrak kuat membuat Adel tersentak dan batuk-batuk.
"Uhuk! Uhuk!" Adel menepuk-nepuk dadanya menggunakan tangan kanan sementara tangan kirinya memegang botol minum dengan kepala tertunduk. Matanya berair merasakan sakit pada hidungnya yang kemasukan air.
Melihat Adel batuk seisi kelas langsung tertawa. Dengan hidung memerah, Adel mendongak, semua orang berkumpul mengelilingi dirinya. Salah satu dari mereka menutup pintu lalu ikut berkumpul.
Netra coklat bening milik Adel menatap sang pelaku yang menggebrak mejanya.
"Kenapa?" suara Adel terdengar lembut dirungu mereka semua membuat si pelaku yang duduk dimeja Adel dengan posisi menghadap kearah Adel tersenyum sinis. Matanya menatap penuh benci cewek lugu didepannya.
"Kemana aja lo selama ini? Dua minggu nggak masuk, ngelonte?! Dasar jalang!" diakhir kalimat, tangannya menoyor keras dahi Adel kebelakang membuat kursi yang Adel duduki hampir terjengkang membuat Adel menggenggam erat sisi meja dengan wajah ketakutan.
Adel menatap teman-temannya dengan binar ketakutan, melihat kondisinya begini yang dikelilingi orang-orang jahat membuat Adel menangisi dirinya. Kenapa dia lemah? Kenapa dia membiarkan dirinya ditindas? Kenapa dirinya tidak berani melawan mereka? Kenapa Adel lemah? Air mata Adel jatuh, ia takut, sungguh takut. Kekejaman teman-temannya memang tak sebanding dengan Regal. Tapi menghadapi kelakuan teman-temannya mengganggu dirinya setiap ada waktu membuat Adel merasa ketakutan tiap hari. Tidak pernah tenang masuk kelas.
Pertanyaan Hani tidak mendasar. Gadis itu sudah tau gimana kondisinya waktu di kantin ketika Regal menghajar dirinya. Di tampar habis-habisan hingga batuk darah, kemudian digendong lalu dijatuhkan sampai punggungnya menghantam lantai kantin. Dan Hani masih bertanya? Sementara Hani dan hampir seluruh satu sekolah ada disana menyaksikan dalam diam, sesekali Hani dan yang lainnya tertawa melihat dirinya dihajar.
"Dih, malah diam! Jawab tolol!" dengan kepalan tangan kanannya, Hani memukul kesamping sisi kepala Adel sebelah kiri hingga sisi kepala kanannya membentur keras dinding hingga terdengar suara benturan. Sebagian orang meringis mendengarnya.
Adel menjerit pelan, kupingnya berdengung hebat. Badan Adel bergetar kuat, ia menangis pilu memegang kuping kirinya yang masih berdenyut-denyut. Adel ketakutan, ia ingin meminta tolong. Tapi pada siapa?
Bukannya kasihan melihat Adel yang tampak ketakutan, emosi Hani malah naik kepermukaan. Rahangnya mengeras kuat. Karena gadis ini hampir seminggu kelasnya didatangi oleh Regal, si laki-laki tempramental. Mereka dirundung ketakutan tiap kali Regal datang untuk mencari Adel. Tidak masalah jika Regal datang seandai saja Regal tidak berulah. Dia merusak kursi dan meja akibat tendangan mautnya, beberapa foto dikelas mereka yang merupakan foto dengan wali kelas pecah akibat Regal melempar kursi kedinding tepat kearah bingkai foto. Memang apa yang Regal lakukan diganti rugi laki-laki itu, tapi tetap saja yang dia lakukan membuat sebagian murid yang mendengarnya dan melihat secara langsung ketakutan.
Mengingat kelakukan Regal yang masih segar diotaknya, Hani berdiri kemudian menarik kuat Adel hingga gadis itu berdiri berhadapan dengannya kemudian menamparnya kuat berkali-kali hingga suara tamparannya terdengar sampai luar. Tapi suara itu aman karena salah satu dari mereka menyalakan lagu dengan volume keras untuk menyamarkan suara dan teriakan Hani.
"GARA-GARA LO ANJING, GARA-GARA LO, REGAL MARAH-MARAH KE KITA! DIA NGANCURIN KELAS INI HANYA KARNA LO GA DATANG LONTE! GARA-GARA LO ANAK ANJING! MATI AJA LO SANA! BEBAN LO DI DUNIA INI! IKUT ORTU LO KESANA! KE NERAKA!" teriak Hani menggebu-gebu, menampar Adel kuat-kuat hingga Adel merasakan kupingnya berdarah dan tulang rahangnya patah membuat Adel menjerit meminta ampun.
"Ampun! Adel mi-minta ampun.." lirik Adel berusaha melindungi mukanya dari serangan Hani, tapi tidak membuat Hani terganggu, apapun yang menghalangi dirinya untuk menampar Adel akan ia hajar juga. Membuat Adel kembali menjerit karena tangan kirinya yang untuk melindungi mukanya terkilir hingga terdengar suara retakan. Tamparan Hani yang menjurus memukul begitu kuat.
Cape. Hani melepaskan Adel, hingga Adel jatuh tersungkur ke lantai. Hani mundur, menatap sinis Adel yang menangis memohon ampun.
"Ampun... Ampuni Adel... Mama... Adel mau ikut Mama..." Adel menangis lirih membenamkan mukanya diantara kedua lututnya dan kedua tangannya memeluk kakinya. Kupingnya ia biarkan yang terus mengeluarkan darah.
Suara Adel yang begitu memilukan membuat orang-orang yang tadi bersorak-sorak menyemangati Hani untuk menghajar Adel langsung terdiam begitu mendengar suara Adel yang terdengar nyaris putus asa.
Mereka terdiam termasuk Hani, mendadak dadanya sesak melihat penampilan Adel yang begitu parah. Baju putihnya dilumuri darah membuat Hani mundur beberapa langkah. Apa yang sudah ia perbuat?
Brak!
Pintu didobrak kuat membuat semua tersentak dan langsung menatap kearah pintu. Seketika mata mereka membulat sempurna melihat sosok Regal dengan muka sangar. Hani merasakan jantungnya berdetak begitu cepat, kedua lututnya lemas, keringat langsung muncul dari dahinya. Mata Regal menggelap menatap kondisi kekasihnya kemudian menatap Hani.
"Lo..."
Regal berlari kemudian mendorong kuat Hani hingga punggungnya membentur kuat dinding. Hani meringis, air matanya jatuh merasakan sakit luar biasa pada punggungnya.
"Ka-kak..." lirih Hani dengan mata berkaca-kaca, sarat akan ketakutan.
Regal tidak membiarkan Hani buka suara, dia langsung menampar Hani berkali-kali dengan sekuat tenaga membuat Hani menjerit menangis. Ia memohon ampun, tapi tidak didengar oleh Regal yang sudah dirundung emosi.
Bukan cuma ditampar, kepala Hani dibentur kedinding dengan kuat hingga kemudian Hani merasakan sesuatu yang dingin dikepalanya.
Melihat darah didinding mengalir jatuh membuat Adel bersuara lirih. "Kak, udah.." mohon Adel.
Suara Adel tak didengar oleh Regal, lelaki itu kalap menghabisi Hani yang sudah diambang nyawa hingga kemudian salah satu dari mereka yang menonton ketakutan lari keluar dari kelas untuk memanggil seseorang.
"KAK REGAL!!"
Suara teriakan itu membuat Regal berhenti kemudian mengerjap. Dengan telapak tangannya memegang separuh wajah Hani ia menoleh kebelakang, menatap Anabel yang berdiri dengan mata yang memerah menahan tangis. Melihat itu emosi Regal langsung menguap drastis digantikan oleh rasa khawatir melihat seseorang yang ia sayangi ingin menangis.
Regal berjalan cepat kemudian menarik Anabel kedalam dekapannya. Ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher gadis itu, napasnya memburu.
Anabel memeluk Regal, mengusap punggungnya lembut. Anabel menatap siswi yang tadi memanggil dirinya, meminta dia untuk membawa Hani ke-Uks. Kemudian Anabel menarik Regal keluar dari kelas, diikuti semua orang yang berbondong-bondong ke Uks untuk melihat kondisi Hani yang begitu parah. Tidak memperdulikan Adel yang menatap sendu Regal yang berada dipelukan perempuan lain.
Mata Adel berkunang-kunang membuat cewek itu menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menyadarkan dirinya agar ia bisa keluar dari sini dan pergi ke Rumah Sakit. Tapi baru juga berdiri dengan kedua kakinya yang bergetar parah, Adel jatuh. Gadis itu pingsan dengan kondisi mengenaskan.
Sabtu 19 November 2022
Pie kabare? Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...