ADELNIA || 35

5.9K 265 110
                                    

    Follow me :)

    *****

    TANGAN itu meraba-raba sisinya, kosong. Putra membuka matanya, dia yang tidur menyamping terdiam saat tidak menemukan sosok yang dia rindukan. Matanya memandang kosong dinding yang pertama kali dia lihat saat membuka mata.

    Perasaan rindu itu kembali membuncah. Penyesalannya kian besar kala mengingat bagaimana perilakunya terhadap Adel. Bagaimana dengan kejamnya dia melukai hati wanitanya. Tangannya juga bahkan melukai fisik Adel. Menamparnya dengan sangat kuat.

    Mengingat segala kelakuannya, matanya kembali berkaca-kaca. Menggenang di pelupuk mata sebelum kemudian jatuh dari sudut mata, meluncur melewati tulang hidung dan berakhir di bantal.

    Sudah seminggu kepergian wanitanya, sampai sekarang dia belum juga kembali. Dia senantiasa menunggu Adel didepan rumah, dengan harapan gadis itu kembali ke rumah dan dia akan memperbaiki apa yang sudah retak.

    Meskipun tidak seluruhnya bisa dia perbaiki seperti semula, setidaknya dia berusaha untuk memperbaiki.

    Dalam seminggu ini Putra terasa hancur. Hidupnya perlahan berantakan. Tidak ada lagi yang mengurus dirinya. Belahan jiwanya pergi membawa buah hatinya. Putra sudah berusaha untuk mencari, tapi seakan ditelan bumi, Adel sulit ditemukan. Entah kemana wanita itu.

    Gadis itu tidak memiliki siapapun. Saat menikah dengan Adel pun, tidak ada yang menemani gadis itu. Regal pernah bilang padanya jika orang tua Adel meninggal karena kecelakaan. Keluarganya tidak ada yang mau mengasuh Adel. Mereka mencampakkan Adel saat Adel membutuhkan bantuan mereka.

    Adel hanya sebatang kara, tanpa adanya satupun keluarga di sebelahnya. Karena itulah Putra kesulitan untuk mencarinya.

    Menarik napas dalam-dalam agar rasa sesak di dadanya berkurang walau sedikit. Putra beranjak duduk sembari mengusap wajahnya. Dia turun dari kasur dengan telanjang dada, lalu merapikan selimut sebelum ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.

    Hari ini Putra kembali membolos. Percuma saja dia mengikuti pelajaran jika di hati dan pikirannya hanya ada Adel.

    Putra keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, meskipun kantung hitam dibawah mata tidak dapat disembunyikan. Cowok itu mengambil baju dari lemari lalu pergi ke dapur sambil memakainya.

    Tidak terlalu pandai memasak, Putra memutuskan untuk membuat nasi goreng simpel ala dirinya. Nasi dengan roiko, dicampur sedikit dengan bawang putih dan merah. Lalu dia duduk di meja makan sambil menatap sekitar dengan hampa.
 
    Rumah kontrakannya yang kecil terasa sepi sekali. Biasanya, saat pagi seperti ini Adel akan sibuk di dapur. Membereskan rumah sementara dirinya masih tidur di kamar. Putra dibangunkan agar mandi saat sarapan sudah tersaji diatas meja.

    Drrrtt! Putra meraih ponselnya yang berdering disebelah piring. Saat melihat kontak tanpa nama itu, Putra menggeser tombol hijau dan menekan loud speaker.

    "Ha–,"

    "Bini gue udah dapet? Kalau belum, jangan pernah hubungi gue sialan!"

    Tut! Putra mematikan sambungan begitu saja tanpa membiarkan orang sana bersuara lebih dulu. Dia selalu menelpon hanya mengatakan mereka tidak berhasil menemukan Adel. Putra tidak butuh itu. Yang dia butuhkan kabar baiknya.

    Adel tidak memiliki satupun teman di sekolah. Lalu, siapa yang membantu gadis itu melarikan diri? Tidak mungkin Adel berani melakukannya, kecuali jika dia dibantu. Tapi siapa? Putra yang sedang mengunyah nasinya mengerutkan keningnya memikirkan pertanyaannya itu.

ADELNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang