Follow me :)
*****
ENAM bulan kemudian...
Adel menguap kecil sambil merenggangkan kedua tangannya ke atas. Dia beranjak duduk, menoleh ke samping kanannya dan tersenyum kecil melihat suaminya yang tengah tertidur membelakanginya sembari mendekap Kean yang sudah berumur enam bulan. Tidak terasa memang, baru kemarin rasanya Adel melahirkan Kean.
Setelah menunduk mengecup pelipis suaminya. Adel mengambil ikat rambut diatas nakas dan mengikat rambutnya yang sudah dia pendekkan. Adel turun dari kasur, menutup tubuh suaminya dengan selimut lalu masuk ke kamar mandi.
Dengan wajah lembab sehabis cuci muka dan napasnya sudah segar, wanita yang memakai piyama pink itu pergi ke dapur untuk menyiapkan bekal untuknya ke sekolah. Tapi sebelum itu ia memompa asinya dua sekaligus sembari duduk di kursi meja makan. Masih pukul 5 pagi, jadi Adel tidak perlu takut terlambat.
Adel melamun menatap ke depan. Putra memutuskan berhenti sekolah, mengizinkan Adel untuk melanjutkan sekolah. Alasannya, tidak ada yang menjaga Kean. Padahal Adel sudah menyarankan untuk menyewa baby sister, tapi suaminya itu menolak. Putra tidak mau anaknya diasuh orang lain.
Adel kini sudah masuk ke kelas 11. Sementara Regal dan yang lainnya sudah masuk ke kelas 12. Semenjak naik kelas, Adel tidak lagi melihat Maga di sekolah. Pria itu sudah lulus dan sekarang tidak tau gimana kabarnya. Terakhir kali Adel melihatnya saat pria itu melepas jabatannya sebagai Ketua Osis.
Adel tersenyum tipis tanpa sadar, dia tidak menyesal mempertahankan pernikahannya. Suaminya sudah berubah. Dia menjelma sebagai suami yang baik dan Papa hebat untuk Kean. Di sekolah Adel tidak lagi merasakan pembullyan. Regal dan inti Sagiruz yang lain menjaganya dengan baik. Putra juga menitipkan Adel pada sepupunya yang juga sekolah di Haga dan sekelas dengan Adel. Adel sekarang sudah banyak yang menjaganya.
Adel juga merasa tenang karena tidak ada lagi yang mengganggu pernikahannya. Meskipun sampai sekarang tidak ada itikad baik dari Alexa, setidaknya untuk meminta maaf. Tapi Adel tidak peduli, dia menganggap semuanya hanya angin lalu saja kendati dia penasaran kenapa Alexa ingin membunuhnya.
Saat sudah merasa cukup, Adel menyimpan tiga botol berisi ASInya ke dalam kulkas. Karena banyak makan buah dan makan yang teratur sesuai anjuran dokter, ASI Adel banyak. Apalagi jika pagi begini, payudaranya terasa berat. Dan saat dipompa, menghasilkan tiga botol susu. Jadi, Adel tidak perlu khawatir meninggalkan Kean saat mau sekolah.
Kemudian Adel mulai memasak sarapan untuknya dan sang suami, juga bekal dirinya ke sekolah. Tak sampai setengah jam, masakannya sudah tersaji diatas meja. Adel mencuci tangannya sembari melirik jam dinding mini yang terletak diatas kulkas, sudah pukul setengah tujuh. Ia bergegas ke kamar dan menyambar handuk lalu masuk kamar mandi.
Cuaca pagi ini terasa dingin karena tadi malam hujan turun deras, Adel hanya mandi sebentar, apalagi tadi dia sudah cuci muka dan gosok gigi. Cewek itu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. Handuk putih itu pendek hingga dapat menutup sampai pahanya.
Mama muda itu tersenyum lebar saat dia pergi ke sisi kasur dan melihat Kean sudah bangun. Anak itu mengemut jempolnya dengan tangan kiri bergerak-gerak di udara. Namun, saat dia menoleh ke kanan dan melihat Mamanya, dia melepas jempolnya dari bibirnya. Kean menurunkan sudut bibirnya, matanya berkaca-kaca dengan kening mengerut tipis.
"Ugh, anak Mama udah bangun yah?" Adel menghampiri putranya, melepas pelan lengan kiri suaminya yang melingkar memeluk perut Kean dengan mata menatap cowok itu. Memastikannya agar tidak terusik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...