Follow me :)
*******
SEJAK mengetahui kehamilan Adel masuk minggu ke 3 dan dokter mengatakan harus menjaganya mengingat kondisi seperti itu rentan keguguran. Putra mendadak menjadi pria posesif. Pria itu melarang Adel yang bisa membuat dia kelelahan. Melarang Adel memikirkan hal-hal berat karena dapat memicu kesehatan janin.
Bahkan, saking posesifnya cowok itu menyuruh Adel untuk berhenti sekolah. Putra tidak bisa tenang mengingat banyak yang membenci Adel di Haga. Membayangkan Adel di bully, Putra langsung merasakan emosinya naik.
Tapi segala bujuk rayu Adel layangkan dengan iming-iming jika perutnya sudah kelihatan besar dan tidak memungkinkan untuk lanjut, Putra pun hanya bisa menghembuskan napas dan mengangguk dengan berat.
Sebagai gantinya, karena jauh dari posisi istrinya Putra memberitahu kehamilan Adel kepada Regal dan teman-temannya untuk mengganti posisinya menjaga Adel. Putra tidak mungkinkan mendadak minta pindah lagi hanya karena Adel hamil? Bisa geger dua sekolah dan Pak Seno pasti akan memarahinya. Apalagi ini hanya sementara saja sampai perut Adel membesar dan Adel tidak akan melanjutkan lagi sekolahnya.
Putra tidak bisa menahan dirinya untuk tidak posesif. Seperti saat ini, ketika Putra sudah siap dengan seragam sekolahnya, cowok itu melihat istrinya keluar dari kamar dengan rok yang menurut matanya menggencet perut istrinya.
"Gada rok selain itu?" Putra yang tengah duduk di sofa sambil meminum teh yang dibuat Adel, menatap istrinya tajam yang baru keluar dari kamar sambil menenteng dua ransel.
Kening Adel mengerut. "Emang kenapa, kak?" tanya Adel tak paham. Ia meletakkan dua ransel itu di sofa yang diduduki Putra.
Mata tajam Putra menelisik rok istrinya. "Itu rok kamu sempit banget. Kasihan anak aku." rok yang dipakai Adel mencetak jelas perut perempuan itu yang sedikit membuncit.
Adel ikut memperhatikan roknya. "Engga ah, kak. Adel engga ngerasa sempit." sangkal Adel menatap manik suaminya. Ia mengusap perutnya lembut.
"Ga sempit gimana, ini perut kamu nyetak loh." meletakkan gelas yang isinya sudah kandas, Putra menarik Adel hingga berdiri didepannya. Cowok itu memperhatikan lingkar pinggang rok Adel yang memang sudah mengecil dan mengikat erat pinggang Adel.
Putra mendongak. "Nanti pulang sekolah kita mampir ke mall beli rok buat kamu. Udah tau hamil, jangan dipaksa make kalau udah sempit." cowok itu menyingkirkan tangan Adel dari perutnya dan gantian Putra yang mengusap perut istrinya.
Adel memutar bola matanya malas. "Terserah kakak aja. Di bilangin ngga sempit juga." dumel Adel. Ia merogoh kantung roknya untuk mengambil ikat rambut dan mengikat rambutnya yang tergerai. Semenjak hamil Adel mudah gerah dan rencananya Adel ingin potong rambut. Tapi nanti kalau Adel udah mikir keras agar nanti tidak menyesal mengingat rambutnya susah panjang.
"Belum kamu rasakan, nanti baru kerasa." Putra menunduk menatap jemarinya yang mengelus perut Adel. "Halo anaknya Papa. Kamu baik-baik aja 'kan disana? Kalau Mama kamu nakal hukum aja sayang. Soalnya Mama ngga mau dengerin Papa. Tapi kalau didepan Papa aja.."
Putra memajukan wajahnya dan mengecup perut itu. "Papa udah nitip kamu sama Mama ke Om Regal sama Om kamu yang lain. Baik-baik disana yah sayang. Jangan buat Mama repot." lanjut Putra kembali mengecup perut itu.
Adel tersenyum hangat, ia mengusap surai suaminya yang poninya selalu dinaikkan keatas. Mempermudahkan orang untuk melihat seluruh wajah Putra.
"Iya, Papa." kata Adel menirukan suara anak kecil.
Putra mendongak dengan tersenyum tipis. "Jagain dia, yah. Aku tuh udah nunggu dia dari lama. Kalau ada apa-apa minta tolong sama Regal. Tapi ingat!" mata Putra berubah tajam, senyumnya sirna berganti dengan wajah dingin. "Kamu jangan main api di belakang aku. Aku gak suka. Tolong jaga kepercayaan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...