CHAPTER 03

8.1K 419 155
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

--------

Satu minggu kemudian...

Mata yang dihiasi bulu mata lentik dan lebat itu mengerjap pelan. Keningnya mengerut sambil meringis lirih merasakan kepalanya pening luar biasa. Dia membuka matanya dengan amat pelan, hal yang pertama yang ia lihat adalah langit-langit warna putih.

"Ssttt..." ringis Adel merasakan denyutan di kepalanya. Dia mengangkat tangannya hendak menyentuh dahinya. Tapi tangannya begitu susah ia angkat, ia tidak bertenaga. Lemas tak berdaya.

"Ha...haus.." lirih Adel berkedip lambat menatap sekitar dengan menggerakkan bola matanya tanpa menggerakkan lehernya. Tenggorokannya kering, Adel butuh air.

Di-sini tidak ada siapa-siapa, Adel sendirian sementara tenggorokannya butuh air.

"Ha...haus.." gumam Adel begitu lirih, air matanya keluar tidak bisa menahan lagi rasa haus ini. "Hiks..." isak Adel.

Di-saat dirinya sedang menangis, pintu tiba-tiba terbuka membuat Adel berhenti menangis. Dia menggerakkan bola matanya ke-arah pintu dan melihat seorang cowok dengan seragam sekolah masuk sambil menenteng sebuah plastik.

Cowok itu berhenti melangkah ketika netranya melihat Adel sudah sadar. Segera dia mendekat kearah Adel lalu menekan bel untuk memanggil dokter sambil meletakkan bawaannya keatas nakas. Adel hanya diam menatap cowok itu.

Tak berselang lama dokter laki-laki masuk bersama suster dan langsung memeriksa Adel. Adel hanya diam, sambil menatap wajah sang dokter yang tengah memeriksa dirinya.

Sambil memeriksa dirinya si dokter mengatakan sesuatu yang tidak dapat didengar Adel karena matanya terfokus menatap langit-langit ruangan.

"Gimana keadaan, Adel, dok?" barulah Adel mendengar saat cowok yang masuk tadi bertanya pada dokter tentang keadaannya setelah dokter itu selesai memeriksa dirinya.

"Kondisi Adel mulai membaik. Tapi, butuh beberapa waktu agar dia pulih sepenuhnya." Adel mendengar ucapan dokter itu dengan mata memejam.

Setelahnya Adel tidak mendengar apa-apa sampai kemudian suara pintu tertutup membuat Adel membuka mata dan menggerakkan bola matanya kesana. Dokter tadi sudah keluar bersama suster dan hanya menyisakan dirinya dan si cowok. Adel mengetahui itu karena cowok itu berdiri tepat disebelah kanan ranjangnya. Menatap dirinya dengan dingin.

"Butuh sesuatu?" tanya cowok itu datar memasukkan kedua tangannya di-saku jaket jinsnya.

Adel menatap tepat di-bola mata hitam itu sebelum membuka suara dengan lirih. "Air.."

Keningnya mengerut samar, cowok itu menunduk mendekatkan kupingnya ke bibir Adel. "Apa? Gue ga denger." katanya karena suara Adel begitu lirih membuatnya hanya dapat mendengar samar-samar kata cewek itu.

"Air.."

"Oh." segera cowok itu mengambil gelas berisi air putih yang sudah disediakan diatas nakas. Lalu membantu cewek itu minum melalui sedotan agar gadis itu tidak perlu bangun.

Adel meminum air putih itu dengan rakus, ia haus setengah mati.

"Udah?" tanya cowok itu saat Adel melepas ujung pipet dari mulutnya.

Adel mengangguk lemah, ia bergumam lirih. "Makasih.." katanya menatap cowok itu dengan senyuman tipis.

Cowok itu mengangguk, dia meletakkan kembali gelas tersebut keatas nakas. Lalu menarik kursi dan duduk, menatap Adel dingin.

ADELNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang