ADELNIA || 25

3.4K 142 18
                                    

Follow :)

*******

PEREMPUAN itu terus menunduk mengeluarkan isi perutnya ke wastafel. Wajahnya pucat pasi dan matanya berkunang-kunang. Adel memegang erat pinggiran wastafel dan melihat wajahnya penuh keringat melalui kaca dihadapannya. Kepala Adel pening luar biasa membuat Adel memejamkan matanya kuat-kuat.

Tadi Adel fokus mendengarkan guru matematika memberi penjelasan didepan mengenai rumus. Semuanya masih baik-baik saja sampai perutnya mendadak berputar dan Adel menahan mual. Saat mual itu sudah diujung tenggorokannya Adel angkat tangan untuk permisi ke toilet.

Bibir bawah Adel bergetar menahan tangis, tubuhnya melemah. Kepalanya pening luar biasa, belum lagi mual yang terus menerus menyiksanya. Tidak ada yang keluar selain carian bening.

"Kak, Putra..." gumam Adel lirih menyandarkan punggungnya pada dinding, menggumamkan nama suaminya seraya memejamkan mata.

Dengan luar biasa lemas Adel merogoh saku roknya, memegang ponselnya dengan gemetar hebat dan berusaha mencari kontak suaminya. Adel tidak peduli jika saat ini suaminya sedang belajar. Kemana lagi Adel harus minta bantuan kalau bukan kepada suaminya?

Menyandarkan kepalanya, Adel menempelkan benda pipih itu ke telinga kanan dan menunggu sambungan terhubung.

"Halo."

Mendengar suara itu Adel mewek. Dia menangis lirih merindukan sosok suaminya. Suara tangisnya Adel membuat Putra diseberang sana panik luar biasa. Dapat Adel dengar Putra izin pada guru untuk ke toilet, dan terdengar suara grasak-grusuk sebelum kemudian terdengar suara Putra.

"Sayang, kamu kenapa?! Jangan bikin aku panik!"

"Sa-sakit, kak. Badan Adel lemas banget ini. Huek!" dengan secepat kilat Adel memuntahkan lagi isi perutnya di wastafel. Membuat Putra disana kalang kabut.

"Kamu dimana ini?"

"Di toilet." gumam Adel berbisik.

"Kamu tunggu disitu, jangan kemana-mana." Putra mematikan telepon sepihak.

Adel mundur dengan kaki gemetar hebat, karena sudah tidak dapat menahan bobot badannya. Perempuan itu terduduk dilantai kamar mandi yang basah. Untungnya hanya basah, tidak kotor sama sekali mengingat kebersihan di Haga itu nomor satu.

Adel bersandar dengan lemas sambil memejamkan matanya. Dia berusaha mengingat-ingat apa yang membuat dia mendadak seperti ini. Soal makanan, Adel tidak memiliki alergi sama sekali jika itu alasan Adel seperti ini.

Brak! Pintu kamar mandi terbuka cukup kuat, Gaveon masuk dan matanya membulat melihat kondisi Adel yang cukup memprihatinkan.

"Del.." gumam Gaveon menghampiri Adel dan berjongkok disebelah Adel yang duduk selonjoran. "Lo, kenapa?" tanya Gaveon panik, memperhatikan wajah Adel yang lemas.

Adel membuka matanya menatap Gaveon dengan kedipan lemah. "Kak.. bantu Adel. A-adel lemas banget." Adel berkata dengan napas terputus-putus.

Gaveon mengangguk. Dia menggendong Adel dengan bridal style dan berjalan menuju parkiran. Pertemuannya dengan Adel membuat Gaveon merasa dejavu. Dulu dia menemui Adel dengan perasaan marah yang menggebu di dadanya. Dan sekarang, dia menemui Adel dengan perasaan khawatir karena Putra menghubunginya. Dan semakin panik kala melihat wajah lemas istri sahabatnya itu.

ADELNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang