Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
----------
ADEL masih ingat terakhir kali dia merasakan bahagia saat ke dua orang tuanya masih hidup. Meskipun hidup sederhana, Adel tidak pernah merasa kekurangan. Ayahnya hanya seorang penjual bakso keliling menggunakan gerobak, sementara Ibunya seorang tukang cuci keliling. Jika ada warga yang butuh buruh cuci, makanya Ibunya lah yang di panggil.
Sewaktu kecil orang tuanya berupaya untuk mencukupi segala kebutuhan Adel. Mereka tak mau anak mereka satu-satunya merasa kekurangan. Terutama Ayah Adel, dia berusaha untuk memenuhi kebetuhan Adel. Apapun akan ia lakukan demi Adel.
Keinginannya selalu di turuti, apa yang di minta selalu di kabulkan. Bukan berarti orang tuanya memanjakan Adel. Bundanya selalu memberi dia nasihat agar menjadi orang yang rendah hati.
Dibalik keinginannya yang selalu di turuti, orang tuanya juga mengajarkan dia untuk mandiri. Mereka tak mau Adel menggantungkan hidupnya pada mereka. Karena ada saatnya Adel akan hidup sendirian di dunia ini.
Dan ternyata.. itu benar. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan tabrak lari. Saat itu keduanya akan menyebrang usai membeli bahan-bahan pembuatan bakso. Setelah memastikan kanan kiri dan aman.. keduanya menyebrang, namun tanpa diduga dari arah berlawanan sebuah mobil sedan hitam melintas cepat hingga keduanya melayang lalu menghantam aspal. Ayahnya meninggal di tempat, sementara Bundanya meninggal di dalam ambulance menuju rumah sakit. Saat itu Adel masih SD kalau tidak salah kelas 4.
Kejadian naas itulah perlahan Adel sudah tidak merasa bahagia lagi. Kebahagiaannya direnggut karena kematian orang tuanya. Tidak ada yang mau menampung Adel, pihak Ayah maupun pihak Ibu menolak kehadirannya. Mereka tidak sudi mengurus Adel karena menurut mereka Adel itu hanya akan jadi masalah.
Tidak ingin terus larut dalam kesedihan, berkat bekal kedua orang tuanya, dan nasihat Bundanya, Adel perlahan bangkit. Dia mulai menata kembali hidupnya dan mulai mandiri. Dia menyimpan dendam terhadap keluarganya.
Setelah tidak merasakan bahagia itu selama beberapa tahun, Adel kembali merasakannya. Rasa itu dia dapat dari Regal. Pria itu mampu membuat dia tertawa lepas. Selalu ada untuk Adel. Namun, semenjak kepindahan Anabel dari Singapura ke Sma Haga, kebahagiaannya kembali direnggut.
Perhatian, kebaikan Regal, waktu Regal, di curi oleh Anabel. Perempuan satu itu merampas yang seharusnya milik Adel. Namun, lagi dan lagi mengingat nasihat Bundanya untuk tidak dendam membuat Adel perlahan ikhlas untuk berbagi. Sisi positif dalam otak Adel mengatakan jika Regal dan Anabel itu sudah bersahabat dari kecil. Jadi, wajar saja kan?
Setelah berkali-kali dibuat nangis oleh Regal, di hajar habis-habisan, Adel dibuat kembali bahagia. Pria itu membelikannya gaun. Gaun putih polos dengan panjang selutut. Perpaduan pas dengan warna kulitnya, kuning langsat.
Adel sangat bahagia, bahkan dia tidak berhenti tersenyum. Sepanjang mereka menjalin hubungan hampir setahun, ini pertama kalinya Regal membeli gaun untuknya. Apalagi mendengar alasan dia membeli gaun ini agar nanti malam mereka dinner, membuat Adel semakin melambung tinggi.
Adel akan merekam momen itu dalam kepalanya. Di balik kejamnya Regal, pria itu memiliki sisi baik.
Gaunnya cantik dengan panjang selutut, meskipun lengannya sedikit pendek hingga lengan atasnya terlihat, dan di bagian dada lumayan terbuka. Namun, Adel tak masalah. Dia membuang jauh-jauh rasa tak nyaman itu. Selagi yang memberi itu Regal, Adel tak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...