Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗🤗🤗
-----------
Malam itu Regal bersama teman-temannya berkumpul disebuah jalanan yang tampak sepi. Jalanan itu jarang dilalui, bahkan tidak ada rumah disekitar jalanan itu.
Lelah berdiri terus, Virzi yang malam itu memakai jaket yang sama dipakai oleh temannya berjongkok. Dia menatap jam dipergelangan tangan kirinya.
"Udah hampir setengah jam, si bangsat itu belum juga datang." Virzi menggerutu, ujung rokoknya dia tekan kuat pada aspal. Lalu dia membuka rokok baru, rokok ketiga.
"Kalau sampe dia nipu kita, besok gua hajar dia!" bukan cuma Virzi yang kesal, disampingnya Mark juga sangat kesal. Cowok itu juga sedang merokok sambil menatapi langit.
Menghembuskan vape-nya keudara, Gaveon yang duduk diatas motor sport putihnya menatap Regal. "Coba lo hubungin, siapa tau dia mati ditengah jalan, sementara kita udah cape-cape nunggu dia."
Regal segera merogoh kantung jaket kulitnya, mendial nomor seseorang lalu menempelkan benda pipih itu ketelinga kiri. Regal menghembuskan asap rokoknya, wajah cowok itu begitu datar. Rahangnya yang tegas tampak mengeras.
Waktu setengah jamnya harus terbuang sia-sia menunggu seseorang yang sekarang entah ada dimana. Si bajingan itu mengatakan dia akan datang jam 10 malam. Namun, sengaja menunda setengah jam dari waktu yang diperkirakan, Regal tetap dibuat menunggu. Regal menatap jam ditangan kiri, sudah jam 11 malam lewat 20. Waktunya sudah lewat dari waktu yang dijanjikan. Sialan!
Regal mengumpat begitu telponnya ditolak. Dia ingin kembali menelpon tapi dari kejauhan Regal mendengar suara deru motor yang tampak ramai.
Menyimpan ponselnya, Regal merokok dengan tenang. Mata tajamnya balik menatap sinar lampu dari beberapa motor yang berjalan kearah mereka.
Seseorang yang berada didepan seolah menunjukkan jika ia seorang ketua menghentikan motor sportnya tepat didepan Regal. Regal sedikit menyipitkan matanya karena silaunya lampu motor.
Dengan gerakan santai dia melepas helm full-facenya, menggelengkan kepalanya sambil merapikan rambut, pria keturunan Eropa itu mendongak menatap Regal.
Dia tersenyum manis tanpa rasa bersalah. "Lama, ya? Sorry, tadi cewek gue minta dibeliin jeruk." dia memberikan alasan kenapa dia datang lama.
Regal mendengus dingin. Sementara Virzi menatap musuh mereka dengan tatapan sengit.
"Anjing lo! Waktu tidur gue terganggu gara-gara lo!" umpat Virzi.
Cowok yang memakai hoodie abu-abu itu mengibaskan tangannya santai. "Gue gak butuh keluhan lo. Lo pikir gue peduli?" dia memasang wajah pongah membuat Virzi mengepalkan tangannya.
"Kon!" Virzi menelan umpatannya. Cowok itu memejamkan mata mengumpulkan kesabaran.
Regal yang sedari tadi diam angkat suara. "Mau apa lo?" tanyanya to the point.
Gari, atau tepatnya Garion Rendra itu menggunakan tangan kanannya menyugar rambut depannya kebelakang.
"Gue mau nagih janji lo tahun kemarin." Gari menatap Regal tajam. Senyum manis Gari beberapa saat lalu kini digantikan oleh wajah dingin.
Putra yang sedari tadi diam menaikkan alisnya. Ditatapnya Regal.
"Perjanjian? Perjanjian apaan?" gumam Mark.
Gari tidak memperdulikan raut bingung teman-teman Regal. Pandangannya lurus terus menatap Regal.
Regal sendiri hanya diam membalas tatapan itu tak kalah tajam. Otaknya terus berputar memaksa memorinya untuk mengingat perjanjian apa yang sudah dia janjikan pada Gari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...