Follow me :)
******
PUTRA pernah merasakan kebahagiaan yang luar biasa selama hidup di dunia ini. Saat usia lima tahun dia menyukai sebuah mobil Buggati hitam milik idola favoritnya, Justin Bieber. Saat itu dia masih cadel dan mengatakan keinginannya kepada Daddynya, Alfred. Dia ingin dibelikan mobil yang serupa seperti Idolanya.
Alfred menyanggupi, dia akan membelikan mobil Buggati itu meskipun tidak sama seperti milik Justin Bieber mengingat mobil itu hanya ada satu di dunia. Alfred akan membelinya tapi tunggu dia sudah besar dulu barulah Alfred mengabulkan keinginannya dan bahkan Alfred akan menyuruhnya memilih Buggati yang dia mau.
Tentu, Putra sangat senang. Dia menjalani hari-harinya sembari terus memikirkan Buggati itu. Hingga tidak terasa tepat di usianya 15 tahun, Alfred mengatakan janjinya sebagai hadiah. Tentu saja Putra yang saat itu masih menikmati kue ulang tahunnya, begitu bahagia. Wajah Putra memang datar, tapi berbanding terbalik dengan matanya yang berbinar terang. Besoknya Alfred membawa Putra menuju tempat yang biasanya artis beli mobil.
Putra dihadapkan mobil-mobil mewah yang sangat menggiurkan. Ada Buggati, ada Alphard, Lamborghini Aventador, dan banyaknya jenis mobil mewah. Daddynya bilang Buggati milik Justin Bieber hanya ada 1. Alfred tidak bisa mengabulkan keinginannya itu. Jadi dia meminta Putra untuk memilih mobil kesukaannya.
Saat melihat mobil-mobil mewah itu Putra tidak lagi tertarik memiliki mobil seperti Justin. Pilihannya jatuh pada Lamborghini Aventador warna hitam mengkilat. Mobil itu sudah menarik perhatian Putra saat pertama kali masuk ke dalamnya.
Ketika mimpinya tercapai, Putra menjadikan itu sebagai satu-satunya sesuatu yang sangat membahagiakan di dunia. Tidak ada yang bisa mengalahkannya. Saat di tawarkan sebuah villa mewah di London, impian sepupu-sepupunya, ternyata masih tidak bisa menggeser posisi mobil itu sebagai kebahagiaannya.
Ternyata Putra salah. Mendapatkan mobil itu dan membuatnya sangat bahagia ternyata dikalahkan saat dia mendapat kabar telpon dari Regal yang mengatakan bahwa istrinya sudah ditemukan dan sudah melahirkan.
Putra merasakan perasaannya campur aduk. Bahagia, sedih, kecewa, bercampur menjadi satu. Dia bahagia karena anaknya sudah lahir. Sedih karena dia tidak menemani Adel melewati hidup dan matinya melahirkan. Dan kecewa pada dirinya sendiri karena sudah menyakiti Adel yang sudi mengandung anaknya.
Putra sungguh bahagia sekaligus lega. Cowok itu menangis haru di dalam ruangan kerjanya setelah mematikan telpon Regal. Tangannya yang dingin sampai gemetaran saking bahagianya. Dia tidak merasakan ini ketika mendapatkan mobil impiannya. Dan anaknya satu-satunya yang bisa membuatnya menyingkirkan posisi mobil sebagai kebahagiaannya dalam hidupnya.
Saat sudah merasa tenang, Putra mengusap wajahnya, menghapus air matanya sambil terus tersenyum. Dia bahagia, Tuhan..
Dengan langkah gemetar Putra meraih jaketnya yang berada di khusus gantungan disamping pintu masuk. Dia memakai jaket hoodienya tanpa mengancingnya dengan mata kembali berkaca-kaca. Saat dia kehilangan Adel, Putra memang kerap kali menangis. Dia berubah mewek karena gadis itu. Dan semakin mewek karena anaknya sudah lahir.
"Jangan nangis, Put. Lo udah jadi bapak sekarang." kata Putra mengusap pipinya yang kembali basah. Namun, Putra tidak bisa. Detak jantungnya berdebar dua kali lipat kala membayangkan dia mendekap bayinya. "Sialan!" umpat Putra meninju dinding di hadapannya untuk mengalihkan perasaan bahagianya ini.
Setelah meninju dinding hingga menimbulkan rasa sakit di buku-buku jarinya, walau sedikit, Putra menarik napas panjang. Cowok itu menempelkan dahinya di dinding yang ada di hadapannya. Putra menutup matanya, dia mengelus dadanya. "Kalem.. tenangin diri lo sebelum ketemu sama baby lo." gumam Putra menenangkan jantungnya didalam sana. Debarannya membuat Putra tidak bisa melangkah. Kakinya gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...