Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗🤗🤗
-----------
KEHADIRAN Adel di kelas 10 Ipa 1 mengundang perhatian. Pasalnya sudah 5 hari perempuan itu tidak hadir. Guru mengatakan dia izin pulang kampung. Meskipun sudah pernah di-hajar oleh Regal, Hani tidak pernah kapok. Terbukti, perempuan itu saat ini mendatangi kursi Adel dengan wajah sinis.
Hani menghentikan langkahnya disisi meja milik Adel. Hani melipat tangan di dadanya. "Gue kira lo ga bakal masuk lagi. Ck!" Hani berdecak kesal, memasang wajah kecewa. Dia memang berharap Adel sekalian tidak usah masuk sekolah. Bully yang mereka lakukan ternyata tidak membuat Adel menyerah begitu saja.
Adel yang sedang duduk memasukkan ranselnya ke dalam laci menyahut dengan lembut, tanpa menoleh. "Aku masuk kesini menggunakan beasiswa, sayang dong kalau aku harus keluar."
Mendengar itu kedua tangan Hani mengepal. Dia menatap Adel penuh benci. Dia sudah akan memukul Adel apabila temannya tidak menahan bajunya.
"Tahan emosi lo. Gue ga mau dikatain ga mau bantuin lo pas lagi di hajar sama kak Regal." ucap Kinar. Kinar sudah kapok dan sudah berjanji pada dirinya untuk tidak berurusan dengan Regal.
Kata-kata itu seperti sebuah peringatan. Ingatan Hani terlempar pada kejadian beberapa waktu lalu. Regal memberi dia ultimatum serta ancaman.
'lo tau gue siapa 'kan? Kalau lo masih gangguin Adel. Jangan pernah salahin gue kalau lo dan keluarga lo kenapa-kenapa'
Mengingat itu rahang Hani mengeras. Sebagai pelampiasan emosinya, Hani menendang kuat meja Adel membuat si empu tersentak kaget, sebelum berlalu.
Adel mengelus dadanya, ia menatap kepergian Hani dengan kening mengerut. Adel tadi sudah menyiapkan diri jika dia di-bully. Namun, kejadian yang sudah menjadi makanannya sehari-hari itu tidak terjadi. Ada apa dengan Hani? Pikir Adel.
Tidak mau ambil pusing, Adel meraih ponselnya dan mengirim pesan pada suaminya bahwa ia sudah tiba di kelas.
-Adelnia-
PUTRA membaca pesan itu sekilas sebelum menyimpan ponselnya ke-saku celana. Cowok itu turun dari motornya sambil melepas helm. Si motor kesayangannya sudah selesai diperbaiki dan Putra baru tiba di sekolah saat semua para murid Sma Haga sudah didalam kelas.
Putra terlambat. Namun dia sengaja karena kedatangannya ke sini bukan untuk belajar, melainkan untuk permisi kepada kepala sekolah. Semua urusannya dengan sekolah ini sudah selesai. Bisa dikatakan ia tidak murid Sma Haga lagi. Namanya resmi di-hapus dari data pendidikan Sma Haga.
Itu semua terjadi karena berkat bantuan Om Seto, tanpa memberitahu statusnya sekarang.
Ransel yang dibawa hanya sebagai formalitas. Selain permisi dengan kepala sekolah, Putra ingin bertemu dengan teman-temannya, sekalian ingin meminta maaf pada Regal saat di-rooftop kemarin.
Saat kakinya menginjak lapangan, tidak seorang pun yang berlalu lalang. Hanya ada dirinya seorang. Dari arah sebelah kanan tidak ada suara sama sekali dari dalam kelas. Sementara dari arah kiri, samar-samar terdengar suara berisik. Menandakan sebagian kelas di lorong kiri itu ada jamkos.
Kedua kaki Putra lurus terus, lalu menaiki tangga yang akan membawa dia ke-rooftop. Sambil berjalan, Putra mengetik sesuatu di-ponselnya.
Sementara itu, Virzi yang diam-diam memainkan ponsel dibawah meja dibuat terkejut oleh notif dari Putra. Setelah sekian lama, laki-laki dingin itu akhirnya mengiriminya pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...