CHAPTER || 07

6.3K 282 33
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

-----------

Adel menutup buku dan menyimpannya kedalam tas. Dia berdiri lalu keluar dari kelas. Lorong kelasnya tampak ramai oleh murid-murid, ada yang pergi kekantin, ke-toilet atau bahkan pergi ke-kamar mandi.

Kedua kaki Adel yang mungil berjalan menuju kantin, dia memandang sekitar dan tersenyum miris. Semua orang memiliki teman, mereka tampak bahagia. Hanya Adel yang sendirian. Bahkan kekasihnya sendiri asik bersama sahabatnya dipinggir lapangan tanpa memperdulikan dirinya.

Hal itu membuat Adel jadi berpikir bahwa ia tak berhak bahagia, ia pantas sendirian.

Tak mau membuat dirinya menjadi sedih, Adel melanjutkan langkahnya lalu memesan makanan. Dengan bungkus makanan ditangannya, cewek itu berjalan menuju taman belakang sekolah. Disana sepi membuat Adel nyaman disana, tidak ada yang mengganggunya.

Dengan duduk di-kursi taman dan meja kayu berbentuk bulat didepannya, Adel berdoa kemudian makan dengan tenang. Huh...disini sangat nyaman. Batin Adel memandang sekitar dan memejamkan mata sesaat menikmati angin menyapu wajahnya dengan mulut bergerak mengunyah.

Seseorang melempar roti dengan asal keatas meja membuat Adel yang sedang menunduk hendak menyuap nasi ke-mulutnya dibuat kaget. Dia mendongak dan menatap sosok laki-laki yang dijuluki kulkas oleh satu sekolah tengah menatap dirinya dengan dingin.

Adel menelan makanannya. "Ka-kak.." gumam Adel takut. Jelas karena Putra menatapnya begitu dingin.

Lelaki yang seragam kancingnya terbuka semua menampakkan kaos hitam polos didalamnya dengan bulus luar terus menghujami Adel dengan tatapan dingin sebelum memalingkan muka lalu duduk didepan Adel.

Dengan tenang dia membuka bungkus roti kemudian mengunyahnya dengan pelan. Matanya menatap tanaman bunga mawar yang berada sedikit jauh disebelah kirinya.

Adel sendiri hanya diam dalam keterkejutannya melihat kehadiran Putra yang tiba-tiba. Bahkan cowok itu tidak mengatakan apa-apa, hanya memandangnya dengan dingin.

Meneguk air mineral dari dalam botol, Adel memiringkan kepalanya menatap Putra. "Kakak ngapain disini?"

Putra mendongak. Dia tidak menjawab, hanya diam sambil memandangi Adel.

Jagain lu

Adel yang dikacangi mengatupkan bibir, dia menyuapi nasi kemulutnya, dan mengunyah dengan tenang sambil menatap hamparan bunga.

"Suapin.."

"Uhuk! Uhuk!"

Putra menatap dingin Adel yang batuk-batuk.

Adel meneguk minumnya, mendengar ucapan Putra membuatnya tersedak.

"Apa tadi kakak bilang?" Adel menggosok hidungnya yang terasa perih karena tersedak.

"Suap."

Adel melongo. "Adel yang nyuap?"

Putra mengangguk dingin.

Adel mengerjap, dia menatap tangannya dan menatap Putra bergantian. "Adel yang nyuapin?" katanya berusaha untuk percaya.

"Hm."

Adel meneguk ludah. "Be-beneran?" tanyanya sekali lagi. Well, pria didepan Adel ini bukan pria sembarangan, Abangnya seorang Dokter terkenal. Ayah dan Ibunya seorang pebisnis terkenal di AS sana. Putra sendiri laki-laki yang memiliki otak paling pintar diantara semua teman-temannya.

Dia dijuluki pria es karena sikapnya yang begitu dingin. Bukan satu atau dua cewek yang mengejar Putra, Adel bertaruh hampir semua murid-murid Sma Haga mengejar-ngejar Putra.

ADELNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang