Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
-----------
Sepasang kelopak mata itu bergerak-gerak sebelum kemudian terbuka. Adel menatap atap berwarna putih didepan matanya dengan berkunang-kunang. Kepala Adel berdenyut membuat dia meringis pelan sambil memegang kepalanya.
Adel mengingat apa yang terjadi pada dirinya sebelum kemudian bening kristal jatuh dikedua sudut matanya. Lagi dan lagi ia masuk rumah sakit karena di-bully. Kekasihnya memang menolong Adel dari amukan Hani, tapi dia pergi bersama Anabel, meninggalkan Adel yang hampir mati.
Tangan kanan Adel terangkat menutup bibirnya yang bergetar dengan isakan kecil. Ia menoleh kesamping kirinya, menatap orang yang berlalu-lalang dari jendela. Sebenarnya, Adel ini siapanya Regal? Kenapa dia tega pada Adel? Salahnya Adel apa? Seistimewa apa Anabel hinggal Adel dilupakan? Memang Anabel itu sahabat Regal, tapi kan Adel pacarnya. Adel nggak larang Regal dekat-dekat sama Anabel, tapi Regal harusnya nggak lupa kalau dia juga udah punya Adel. Seharusnya Regal sedikit mengutamakan posisi Adel dihidupnya.
Suara pintu yang terbuka membuat Adel menolehkan kepalanya pelan kearah pintu. Putra masuk dengan muka super dingin, ditangan cowok itu ada kresek putih.
"Nangis?" tanya Putra berjalan menuju nakas dan meletakkan kantung kreseknya disana. Ia berdiri disebelah ranjang menatap dingin wajah Adel yang penuh dengan airmata. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku hoodie hitamnya.
Adel menatap Putra sedih. "Siapa yang ngantar aku kesini?" tanya Adel lirih. Ia menarik ingusnya kedalam yang hampir keluar membuat Putra menaikkan alisnya.
"Gue." Putra meraih tisu dan memberikannya pada Adel. Kemudian dia menarik kursi lalu duduk bersandar. Dia menatap dalam wajah Adel.
Adel membersihkan wajahnya yang basah dengan tisu lalu dengan senyum tipis dia menatap Putra. "Makasih ya kak udah nolongin aku untuk kedua kalinya."
Mata tajam Putra menatap lurus kearah netra Adel. Kedipannya terlihat lambat. "Hmm, tapi ga gratis." jawab Putra pelan.
Adel yang mengerti maksud Putra mengangguk. "Iya, nanti Adel ganti uang ka–"
"Putusin Regal."
Adel terdiam, dia menatap Putra yang menatapnya terang-terangan. Apa katanya? Putusin Regal?
"Ke-kenapa?" tanya Adel pelan.
"Hubungan kalian udah ga sehat. Karna dia lo masuk rumah sakit dua kali." jawab Putra dingin, matanya juga menatap Adel tajam berharap gadis itu mengikuti ucapannya. Perlakuan Regal sudah diluar batas normal. Pria itu hampir membunuh Adel dua kali hanya karena masalah sepele. Meskipun kejadian kedua kalinya bukan dia sebabnya, tapi tetap ada sangkut pautnya dengan Regal.
Adel meluruskan kepalanya, menatap kosong dinding langit-langit ruangan. Tanpa disuruh Adel sudah berniat mengakhiri hubungan toxicnya. Ia tak sanggup menghadapi tingkah Regal yang tempramental parah. Apa-apa main tangan, main urat. Cowok itu tidak bisa diajak bicara baik-baik. Emosinya langsung meningkat. Apalagi jika sudah tentang Anabel.
"Maunya gitu.." suara Adel terdengar sedikit merengek, matanya kembali berkaca-kaca dan bibirnya bergetar pelan. "Tapi ga bisa. Aku takut kalau aku akhiri hubungannya yang ada kak Regal bakalan bunuh aku." Adel menatap Putra bersamaan dengan airmatanya jatuh.
Putra terdiam mendengar kata-kata Adel. Benar juga, Regal akan langsung membunuh Adel jika sampai gadis itu mengakhiri hubungan mereka. Putra tau sekejam apa jika Regal marah besar. Apalagi cowok itu sangat mencintai Adel. Cintanya tulus meskipun caranya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELNIA
Teen FictionCerita ini bersifat konflik ringan, hanya fokus pada kehidupan rumah tangga mereka. Lain dari itu, hanya sebagai bumbu cerita saja "Kak, bisa jemput aku? Aku lagi di taman, bentar lagi hujan." "Siapa lu nyuruh-nyuruh gue?! Punya hak apa lo?!" "Ka-ka...