Hai, akhirnya tanggal 1 februari 😘 ada yang nunggu cerita ini?
Aku excited banget akhirnya bisa kembali ke dunia perdongengan halu ini setelah lama sibuk di dunia nyata.
Oh iya, berhubung prolog nggak nyampe 1k kata, jadi hari ini akan double up sama bab 1. Kemungkinan sore atau malam.
Tunggu aja, selamat membaca 😘
Lebatnya hujan tak membuat Caca memelankan langkah kakinya. Jika ia mengurangi kekuatan larinya sedikit saja hidupnya akan berakhir. Ia tidak akan menyerahkan dirinya bahkan jika harus mempertaruhkan nyawa.
Ayah yang ia anggap sebagai tempat berlindung telah rela menjualnya pada seorang muncikari. Bagaimana mungkin seorang ayah yang membesarkannya seorang diri, merawatnya, tega menjualnya untuk dijajakan pada para pria hidung belang?
Panggilan "Ayah" tak pantas untuk lelaki sepertinya.
Kakinya bergerak lincah menyusuri belokan gang. Derap langkah di belakangnya seperti lonceng kematian. Ia telah berteriak minta tolong sejak berhasil melarikan diri dari klub malam. Namun, tak ada seorang pun yang berbaik hati menolongnya. Mereka lebih takut jika mereka ikut terseret masalah yang menimpa Caca dibanding menolong gadis yang akan dijual ke tempat pelacuran.
Orang-orang itu mengumpat dan mencaci para predator ketika berita pelecehan atau pemerkosaan diangkat ke layar televisi. Akan tetapi ketika mereka menghadapi situasi yang sama, mereka memilih mundur dengan pengecut. Seakan-akan cacian mereka pada pelaku kriminal hanya formalitas saja, supaya dianggap bersimpati.
Munafik! Mereka bahkan lebih buruk dari kriminal yang melakukan kejahatan terang-terangan.
Dengan jantung yang semakin berdetak tak terkendali, matanya bergerak liar dalam kegelapan malam, mencari jalan untuk melarikan diri.
Ia melihat harapan ketika sampai pada pintu masuk gang, artinya ia akan dengan cepat mencapai jalan raya. Mungkin Tuhan menghadirkan salah satu orang baik di antara mereka.
Caca telah mengetuk beberapa rumah, tapi tak ada yang bersedia membukakan pintu untuk memberikannya tempat bersembunyi. Setidaknya ia ingin meminta perlindungan, mereka bisa melapor pada RT, hingga nanti ia akan mendapatkan perlindungan lebih besar. Hingga gadis itu bisa melaporkan kasus ini pada polisi. Akan tetapi harapannya terlalu mewah.
"TOLONG!" teriaknya ketika melihat rumah yang lebih besar dibanding rumah-rumah petak dalam gang yang sebelumnya ia lalui.
Suara kendaraan mulai terdengar, ia pasti sudah dekat dengan jalan raya. Mungkin beberapa belokan lagi. Namun, ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mencari pertolongan pada rumah tersebut.
Ia harap pemilik rumah itu bersedia membukakan pintu untuknya.
"TOLONG!"
Caca tergopoh-gopoh menuju pintu. Kaca di samping pintu menggunakan tirai transparan hingga Caca dapat melihat ke dalam rumah. Seorang wanita tengah menonton televisi. Matanya terbelalak menatap Caca yang basah kuyup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Giant [END]
FantasyDi tengah pelariannya Caca bersembunyi dalam sumur tua. Namun, ia tak menyangka kalau sumur itu menghubungkannya dengan dunia lain. Tempat asing yang menganggapnya sebagai hadiah dari persembahan. Walhasil Caca kembali melarikan diri. Caca pikir di...