5 | Bukan Satu-Satunya

4.1K 703 89
                                    

Aku teramat sadar bahwa aku memang bukan siapa-siapa.

Danadyaksa kembali tak lama setelah Caca duduk menunggu lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Danadyaksa kembali tak lama setelah Caca duduk menunggu lelaki itu. Caca berlagak tidak mengetahui apa pun, mungkin Danadyaksa akan menjelaskan. Akan tetapi, lelaki itu hanya tersenyum seraya berkata, "Aku akan menjelaskan nanti. Setelah Dinda benar-benar sembuh dan dapat menerima Nirankara sepenuhnya."

Seakan-akan lelaki itu tahu kalau Caca belum seratus persen berlapang dada dengan takdir yang diterimanya.

Danadyaksa ini ... bukan orang yang berbahaya, kan?

Nilam dan Cakrawati akan bercerita dengan penuh kekaguman ketika ia bertanya, bagaimana Raja mereka itu? Ya, walaupun ketika ke dua gadis itu bertemu Danadyaksa secara langsung mereka menelan ludah gugup atau ketakutan seperti halnya Cakrawati baru-baru tadi.

"Jadi, siapa perempuan yang berbincang bersama Baginda tadi?"

"Ndoro, Hamba benar-benar tidak bisa memberi tahu. Baginda mengatakan kalau Baginda yang akan menjelaskannya secara langsung pada Ndoro Putri."

Caca merebahkan tubuh, menarik selimut. Malas melihat dua orang yang tidak ingin menjelaskan apa pun padanya.

Dua orang gadis yang sadar bahwa junjungan mereka tengah merajuk kompak menghela napas. Mau bagaimana lagi, mereka tidak punya pilihan lain.

"Kalian tega sekali." Caca mencoba peruntungan, walau kemampuan membujuknya tidak sebaik Danadyaksa, ia tetap harus mencoba. "Aku di sini tidak punya siapa-siapa, tidak tahu apa-apa, setiap hari pikiranku melayang ke mana-mana, sekarang pikiranku bertambah. Aku sakit kepala."

"Ndoro mau dipanggilkan tabib?"

"Tidak, aku sedang overthinking tabib tidak akan membantu." Ia juga tidak ingin meminum obat--alias cairan yang warnanya seperti empedu itu.

"Ov--apa Ndoro? Apakah itu bahasa langit Ndoro?"

Hedeh, Caca ingin berteriak rasanya.

"AKU BUKAN DARI LANGIT, BUKAN JUGA PUTRI LANGIT, JADI BERHENTI MEMANGGIL HORMAT PADAKU."

Teriakan itu hanya ada dalam benak Caca saja. Sejak kapan Caca berani menyampaikan keluhannya?

Caca melirik Nilam dan Cakrawati yang setia berdiri di samping tempatnya tidur. "Kalian benar-benar tidak akan memberi tahu aku apa pun?"

Dua gadis itu mengangguk. Caca menghela napas. Ia menyerah.

"Aku ingin tidur, tolong tutup jendelanya, ya?"

Nilam dengan cepat menutup jendela.

"Tidak baik tidur di waktu senja, Ndoro." Cakrawati mengingatkan.

"Kalau begitu aku hanya akan memejamkan mata."

"Tidur juga memejamkan mata, Ndoro."

Caca juga tahu hal itu. Maksudnya, Caca hanya ingin beristirahat sambil memejamkan mata. Tidak tidur, hanya beristirahat sambil memejamkan mata saja.

Oh, My Giant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang