21 | Pilihan [Revisi]

3.6K 666 89
                                    

Cerita ini otw tamat, mungkin 10 part lagi, sepertinya, tapi bisa lebih panjang, dengan extra part yang banyak 🤣

Aku nggak mau panjang-panjang, soalnya aku orang yang mudah bosan, pelupa pula #sad

Seperti yang aku bilang di awal-awal nulis cerita perdongengan yang dimulai dari si Demit yang ternyata bukan Demit--kalau sudah baca lapak sebelah pasti paham yang aku maksud siapa--cerita perdongengan ini akan terus berlanjut, jadi setelah Caca tamat aku mau buat series #dongeng3

Ada yang punya saran? Saat ini aku baru kepikiran Keong Mas. Atau kalian punya saran? Komen dong ,,,,,

Dongeng apa yang ingin "dirusak" ceritanya? 🤣🤣

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian atau bersakit-sakit dahulu, mati kemudian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian atau bersakit-sakit dahulu, mati kemudian?

Sayangnya lebih banyak yang berakhir seperti kalimat kedua, yaitu ... MATI.

***

Caca pulang tanpa diantar Yasawirya, meski begitu Caca tahu Yasawirya memperhatikannya dari jauh. Lelaki itu duduk menjuntai di atas tebing. Sesekali Caca menoleh ke belakang, kembali bertanya pada hatinya, apakah keputusannya sudah benar?

Ketika melihat Yasawirya dari kejauhan Caca menarik senyum miris. Ia sadar sorot mata merah Yasawirya tak lagi redup seperti ikan mati, sekarang sorot mata lelaki itu terasa lebih hangat, terlepas dari wujudnya yang mengerikan dengan banyak bekas luka, Caca tak dapat menampik kalau Yasawirya memberikannya rasa nyaman, seperti bertemu teman lama.

Caca ingin berpamitan dengan layak tapi ia takut Yasawirya bertanya ia akan ke mana. Sedangkan ia tahu Yasawirya dengan pihak kerajaan adalah dua pihak yang saling bermusuhan.

Saat sampai di rumah, Ningrum memarahinya karena pergi ke tempat Yasawirya tanpa izin, Caca tahu Ningrum khawatir dan Caca meminta maaf untuk semua itu. Melihat mata sembab Ningrum, Caca tahu gadis itu baru saja menangis. Tentu saja Ningrum takut kehilangan Nilam, adik sekaligus keluarga Ningrum satu-satunya. Hal itu membuat rasa bersalah Caca semakin membesar.

Setelah berpura-pura kedinginan dan tidak enak badan, Caca meminta Ningrum untuk dibuatkan air rebusan jahe. Saat Ningrum lengah, gadis itu dengan cepat keluar rumah dan berlari ke hutan bambu, gerbang penghubung Hutan Sunyi dengan dunia luar.

Caca telah memikirkan keputusan ini matang-matang, dan inilah keputusan terbaik. Ia akan menjadikan dirinya tebusan untuk Nilam, ia tak masalah jika harus terkurung kembali. Jika ia bisa melarikan diri satu kali, Caca akan berusaha melarikan diri untuk yang kedua kali. Walau kemungkinannya sangat kecil, Caca ingin mencoba.

Kalau kata Kak Lilith—tetangga rumahnya—Optimis saja dulu, tidak ada yang tidak mungkin kalau kamu yakin.

Satu hal lagi yang menganggu pikirannya, Timun Mas, apakah wanita itu tahu kalau ia adalah kunci terbebasnya Yasawirya dari kutukan? Tapi mengapa Tuan Raksasa mengatakan kalau Timun Mas ternyata bukan kunci pembebas kutukannya? Jika ada kesempatan Caca ingin bertanya pada Timun Mas, apakah ia tahu kalau dirinya kunci pembebas Raksasa dari kutukannya? Memangnya Caca berani bertanya? Bagaimana jika Timun Mas malah menganggapnya aneh? Apalagi jika wanita itu menyebarkan rumor kalau Caca berada di pihak Raksasa, Caca akan berada dalam bahaya. Sudahlah nanti ia pikirkan lagi, sekarang ia hanya perlu memikirkan Nilam bukan yang lainnya.

Oh, My Giant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang