16 | Berkenalan

3.8K 742 56
                                    


Aku berharap kamu dapat membebaskan aku dari keabadian. Aku teramat merindu kematian. Jadi tolong, lepaskan aku dari rasa sakit ini.

 Jadi tolong, lepaskan aku dari rasa sakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Raksasa padanya semakin lekat. "Ka-mu put-ri la-ngit?"

Untuk sesaat Caca berhenti bernapas. Dari mana Raksasa tahu asal-usulnya? Raksasa tidak akan memperlakukannya seperti Danadyaksa memperlakukannya karena ia dianggap putri langit, kan?

Caca baru saja ingin menjalin pertemanan, haruskah ia memupus keinginan itu?

"Bukan, aku bukan putri langit."

"Ka-mu bo-hong."

Caca menggeleng, ia menunduk dengan senyum miris. "Tidak, aku tidak berbohong. Sedari awal aku memang bukan putri langit, mereka saja yang dengan seenak hati menyimpulkan. Aku pun tidak pernah mengatakan yang sebenarnya. Aku takut mereka mengusirku, aku tidak punya siapa pun di dunia asing ini. Aku pikir dengan mereka menganggapku putri langit, gadis hadiah persembahan, atau apa pun itu, mereka akan memperlakukanku dengan baik."

Caca kembali menengadah, menatap mata semerah darah yang tampak hampa, redup tanpa binar. "Aku egois ya? Aku memanfaatkan kesalahpahaman mereka karena aku takut diperlakukan tidak baik, aku takut terusir, aku takut dibuang. Namun, semuanya tidak sesuai harapan. Aku tetap tidak bisa hidup seperti yang aku inginkan."

Harapan Caca hanya sederhana, ia ingin hidup dengan damai. Ia tidak pernah berbuat jahat kepada siapa pun, tapi ada saja orang-orang yang berbuat jahat padanya.

"Tuan Raksasa, aku bukan putri langit. Aku hanyalah gadis malang yang entah kenapa bisa terdampar di tempat ini. Jika kamu penasaran dengan rambutku yang berwarna biru, aku mewarnainya di duniaku dan warnanya kelak akan memudar. Mengenai warna mataku ...." Gadis itu tersenyum tipis sambil mengusap air matanya. "Aku mewarisinya dari ibuku, warnanya indah bukan?"

Sosok besar itu menangguk.

"Andai ibuku masih hidup, aku tidak akan pernah seperti ini. Ayahku pasti masih menjadi orang yang penyayang. Keluargaku tidak akan hancur dan aku tidak perlu bekerja untuk bertahan hidup. Hidup ini tidak adil, ya?"

Meski Caca bercerita panjang lebar, Raksasa hanya menatap gadis itu tanpa ekspresi apa pun. Jika saja matanya tidak berkedip, dia layak disebut patung raksasa.

"Orang-orang jahat hidup berfoya-foya, sedangkan aku susah payah bertahan hidup. Yah, dunia memang tidak pernah adil dan aku membencinya." Kapan terakhir kali Caca dapat bercerita tanpa beban seperti ini? Ah, Caca lupa ia tidak pernah bercerita, ia tidak punya teman.

Mungkin karena ia menganggap Raksasa sebagai teman senasib dan Raksasa bukan orang yang berbahaya, sosok mengerikan itu pun juga tak punya teman, sama sepertinya. Walau Caca telah bertemu orang-baik di dunia ini, entah kenapa ia belum terlalu bisa membuka diri. Mereka selalu menanggapnya sebagai seorang yang harus disegani, padahal Caca tidak menginginkan semua itu.

Oh, My Giant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang