Lama nggak ketemu ya kita? Seminggu?
Kangen nggak?
Pada awalnya aku mengira kamu adalah keajaiban yang datang tanpa pernah aku impikan, tapi ternyata anganku terlalu tinggi. Aku berusaha membuatmu melihatku, akan tetapi ia yang hadir secara tiba-tiba merebut seluruh perhatianmu begitu saja.
***
Langit kemerahan di ufuk barat menyambut Danadyaksa ketika ia sampai di istana. Dengan memegang selendang berdarah dan sepasang alas kaki, Danadyaksa melangkah cepat menuju Istana Teratai. Tak ada siapa pun yang ditemuinya selama perjalanan ke sana, sebab ada aturan tak tertulis di kerajaan Nirankara. Bahwa keluar ketika senja akan membawa nasib tak baik serta cerita tentang raksasa yang menghuni hutan Sunyi membuat semua orang takut.
Danadyaksa sangat tahu jika Raksasa itu telah mati, walau begitu ia tak akan mengatakan hal itu pada siapa pun. Sebab itu adalah rahasia keluarga kerajaan yang ia simpan rapat-rapat. Demikian juga dengan Rahasia kelam yang telah tersimpan ribuan tahun. Tentang pembantaian yang terjadi ribuan tahun lalu hingga menyebabkan seorang pengintai terhebat di seluruh kerajaan berubah menjadi makhluk mengerikan dan buruk rupa. Hal yang sangat pantas untuk penghianat dan pembunuh sepertinya.
BRAK
Danadyaksa membanting pintu begitu saja ketika ia sampai di kamar yang sebelumnya ditempati Caca. Saat melihat banyak potongan rambut di lantai kamar Danadyaksa jatuh terduduk. Tangannya gemetar memungut potongan helai biru tersebut, masih selembut dan wangi seperti yang terakhir Danadyaksa mengelus kepala gadis itu.
Perasaan hangat ketika gadis itu tersenyum padanya untuk pertama kali masih dapat Danadyaksa rasakan dengan jelas. Seperti hangatnya matahari pagi, indah sekali. Danadyaksa mencintainya teramat sangat. Mungkinkah jika ia menjadikan Dinda Ardelliya satu-satunya semua akan berbeda? Mungkin saja, gadis itu tidak akan memilih bunuh diri seperti ini. Namun, semuanya sudah terlambat. Ia telah kehilangan Dinda Ardelliya untuk selamanya.
Ia menangis seperti ini pun Dinda Ardelliya tidak akan kembali padanya. Mawar birunya telah hilang ditelan lautan. Laut sama yang telah menenggelamkan sang Raksasa
***
Caca menatap takjub pada langit kemerahan di ufuk barat. Indahnya lukisan Tuhan itu menjadi penghibur Caca saat ia merasa tak punya siapa pun, semburat jingga itu seperti semangat yang diberikan alam padanya.
"Mbakyu suka senja?"
Pertanyaan itu membuat Caca menoleh, anak laki-laki menatapnya polos. Caca mengulum senyum ketika melihat dua gigi bagian tengah anak itu tanggal.
"Suka."
Anak yang Caca ketahui bernama Gama itu duduk di sampingnya. Bersila di atas rerumputan.
"Dulu, kami tidak boleh melihat senja. Sekarang setelah tinggal di hutan sunyi kami boleh melihat senja, ternyata indah ya Mbakyu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Giant [END]
FantasyDi tengah pelariannya Caca bersembunyi dalam sumur tua. Namun, ia tak menyangka kalau sumur itu menghubungkannya dengan dunia lain. Tempat asing yang menganggapnya sebagai hadiah dari persembahan. Walhasil Caca kembali melarikan diri. Caca pikir di...