Bagaimana rasanya hidup sendiri selama ribuan tahun tanpa teman dan dikucilkan? Sangat berat sekali, ya? Pasti hidupmu lebih berat dari hidupku.
Ketika mereka sampai di pintu masuk gua, hujan turun dengan sangat deras. Caca memeluk dirinya sendiri, mencoba melindungi diri dari terpaan angin yang semakin kencang.
"Caca ayo masuk!" kata Ningrum sedikit berteriak agar suaranya tak kalah dari derasnya hujan.
Caca menatap ke dalam gua dengan ragu, nyalinya telah menguap entah ke mana. Namun, berdiam diri di depan gua bukan pilihan yang tepat. Ia akan basah kuyup oleh tempias hujan yang semakin deras.
Menyadari keraguan Caca, Ningrum meraih tangan gadis itu dan membawanya ke dalam. "Tidak papa, aku yakin Raksasa tidak akan marah kita menumpang berteduh di rumahnya. Walaupun aku tidak pernah masuk ke dalam gua ini, sih."
Kalimat terakhir Ningrum membuat Caca ragu, tapi ia mencoba menguatkan tekad. Meyakinkan diri, kalau Raksasa tak akan marah pada mereka.
Mata Caca menatap awas sekeliling, gua tersebut sangat besar, dalam keadaan remang-remang Caca tahu bahwa gua ini sangat bersih, seperti memang ada yang membersihkannya. Tangannya gatal ingin meraba dinding gua, apalagi saat matanya menangkap stalaktit dan stalagmit yang tampak serasi menghiasi gua ini, membuat Caca lupa jika ia telah terlepas dari pegangan Ningrum.
Sementara Caca sibuk mengagumi keindahan gua tersebut, Ningrum sibuk mencari pemilik gua. Walau ia mengatakan pada Caca untuk tidak takut, sebenarnya ia takut kalau-kalau Raksasa tak berkenan jika mereka memasuki rumahnya. Seingat Ningrum, ia tak pernah mendengar orang yang berani menginjakkan kaki ke dalam sini. Kalau melihat dari luar gua sih, banyak.
"Caca ...." Tangannya meraih ke belakang. Saat mendapati udara kosong, Ningrum berbalik, Caca sibuk di sudut gua, entah apa yang gadis cantik itu lakukan. "Caca ...." Ningrum kembali memanggil, sedikit berbisik takut suaranya mengganggu sosok yang memperhatikan mereka di tengah keremangan.
Ningrum menatap bergantian antara Caca dan Raksasa yang hanya duduk diam memperhatikan mereka dari sudut gua. Sosok besar itu meletakkan tangannya di depan bibir saat Ningrum akan memanggil Caca. Hal itu cukup untuk membuat Ningrum mengurungkan niatnya memberitahu Caca bahwa Raksasa ada di dekat mereka. Mungkin saja Caca takut dan melarikan diri.
Saat Raksasa mengangguk, Ningrum menyimpulkan jika mereka mendapat izin untuk berteduh di gua ini untuk sementara, setidaknya hingga hujan reda.
"Mbak, coba lihat, stalagmit ini indah sekali." Caca masih sibuk mengagumi ciptaan alam tersebut. "Stalaktitnya juga indah. Bahkan gua ini punya ukiran di dindingnya. Mungkin saja ... Mbak?" Sadar bahwa tak ada yang menganggapinya, Caca menoleh ke belakang.
Ningrum tak ada.
Ia kemudian mengedarkan pandang, mendapati Ningrum berdiri jauh darinya. Caca tersenyum lebar sambil melambai. "Mba--" Perkataan Caca terhenti, ia baru menyadari mata merah yang mengamati mereka dari sudut gua. Ia menelan ludah susah payah. Hantu mata merah itu tak jauh dari Ningrum. Bagaimana Caca harus mengatakan pada Ningrum kalau ia melihat hantu? Mungkinkah Ningrum tak melihat hingga hanya diam berdiri saja? Jika Ningrum melihat penampakan itu, pasti ia berlari menarik Caca meninggalkan gua ini, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Giant [END]
FantasyDi tengah pelariannya Caca bersembunyi dalam sumur tua. Namun, ia tak menyangka kalau sumur itu menghubungkannya dengan dunia lain. Tempat asing yang menganggapnya sebagai hadiah dari persembahan. Walhasil Caca kembali melarikan diri. Caca pikir di...