Lama nggak update ya aku 😅 Aku sibuk ngurusin sidang proposal TA, lebih tepatnya mempersiapkan mental menghadapi dosen penguji dan alhamdulillah sudah selesai. Yaah, doakan saja Tugas Akhir aku lancar ya ...
Aku ada BERITA BAIK.
Aku telah menentukan dongeng mana yang ceritanya akan aku adaptasi setelah Caca tamat, oyeey. Clue-nya adalah yang tidak kalian sebutkan di komentar sebelumnya 🤣
Aku pun nggak nyangka ternyata ini yang akan aku ambil, nanti pasti aku up setelah Caca tamat, tunggu saja, cover sama judulnya juga sudah jadi, konsep ceritanya juga sudah ada. Tinggal eksekusi untuk dijadikan sebuah cerita yang utuh 😘
Kalian akan bertemu dengan Tokoh baru, dengan karakter yang berbeda pula, karakter kali ini lebih mirip dengan Lilith tapi versi lebih dewasa 😅 Kalian akan tahu jika sudah membaca.
Kalau nulis beginian aja, aku lancar, sudah nulis cerita, perlu berpikir lama 🤣
Dah lah, selamat membaca 😘
Semesta punya cara sendiri untuk mengembalikan takdir pada porosnya. Sejauh apa pun manusia mencoba mengubah takdir, ia hanyalah insan tak berdaya yang tak punya kuasa apa-apa tapi sombongnya melebihi Sang Pencipta
***
"Jangan bertindak terlalu jauh Adiseka."
Adiseka yang baru saja mendapatkan daun bambu kering dari burung hitam yang baru terbang kembali itu menoleh pada pamannya.
"Aku hanya ingin membantu sebisaku, Paman. Aku tahu Paman masih belum bisa memaafkan tragedi masa lalu antara kakek buyut buyut kita dengan Raksasa, tapi Paman, itu semua tidak sepenuhnya salah Raksasa, pihak kerajaanlah yang berperan besar untuk semua itu." Tangannya membuang daun bambu tersebut. Daun bambu kering adalah simbol panggilan dari Hutan Sunyi. "Seharusnya bukan Paman yang memperingatkan aku, tapi aku yang mengingatkan Paman. Untuk apa Paman membantu pihak kerajaan lima tahun lalu? Mengapa Paman memberikan buntalan sakti itu pada ayahnya Baginda Danadyaksa?! Karena buntalan yang paman berikan Yasawirya hampir mati."
Lelaki yang sedang mengelap kerisnya dengan kain lembut itu menggelengkan kepala atas reaksi berlebihan sang keponakan. "Ia tidak akan mati, kamu terlalu berlebihan."
Adiseka mendengkus. "Tetap saja, Paman tidak seharusnya melakukan itu. Kalau bukan karena hal itu mungkin Yasawirya sudah terbebas dari tubuh raksasanya."
"Mengapa kamu berpikir demikian?"
"Karena Timun Mas tidak akan berhasil melarikan diri dan sekarang malah menjadi Ratu Nirankara."
Sang Paman meletakkan kerisnya ke dalam peti kecil kemudian menatap Adiseka lamat-lamat. "Adiseka, sudah berapa kali aku katakan, kalau Timun Mas bukan kunci terbebasnya Yasawirya dari kutukan, tapi kamu tidak pernah percaya. Maka dari itu, lebih baik Timun Mas melarikan diri, agar Yasawirya tidak lagi berharap karena harapan itu hanya omong kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Giant [END]
FantasyDi tengah pelariannya Caca bersembunyi dalam sumur tua. Namun, ia tak menyangka kalau sumur itu menghubungkannya dengan dunia lain. Tempat asing yang menganggapnya sebagai hadiah dari persembahan. Walhasil Caca kembali melarikan diri. Caca pikir di...