Bahkan jika dia hancur sekali pun aku tidak akan pernah melepaskannya.
Karena kalau tidak, maka aku akan tetap sendirian sampai akhir.
The Vane - Nightmare
Aku harap dinda memakainya untuk makan malam kita.
Kalimat itu tertulis pada selembar surat yang datang bersama dengan sebuah kalung permata berwarna biru. Mendadak Caca merasa mual, ia tidak ingin makan bersama Danadyaksa. Caca benci melihat wajah lelaki itu. Namun, Caca tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Danadyaksa. Oleh karena itu ia menyerahkan tempat kalung tersebut pada Nilam.
"Bantu aku memakai kalung ini, Nilam."
Ini makan malam terakhir bersama Danadyaksa, setelah hari ini ia tidak perlu lagi bertemu dengan lelaki itu. Jadi Caca hanya bersabar sebentar, kan? Jika hanya selama itu Caca pasti bisa.
Saat kakinya melangkah keluar kamar menuju pendopo jantung Caca berdebar. Ia merasa seperti tawanan yang diseret ke tempat eksekusi mati. Tidak banyak yang dapat Caca lakukan selain berdoa, semoga makan malam cepat berakhir dan ia kembali ke kamarnya.
Danadyaksa menunggunya di pendopo dengan senyum menawan, beberapa makanan telah terhidang di meja depan lelaki itu. Caca yang melihat hal itu tanpa sadar mengelus pergelangannya yang memar. Ia merapatkan selendang sutra putih yang ia pakai. Bayang-bayang kejadian kemarin siang masih terlintas jelas di benaknya.
Danadyaksa tidak pernah meminta maaf atas kejadian itu.
Makan malam Caca lalui dengan lebih banyak diam. Ia hanya menjawab seperlunya. Menelan makanan dengan susah payah, berdekatan dengan Danadyaksa seperti ini membuat jantungnya berdetak tak nyaman.
"Dinda suka makanannya?"
Caca tidak punya pilihan selain menyukai apa yang lelaki itu berikan. "Iya, Baginda."
Setelah mereka makan, Danadyaksa mengantar Caca sampai ke pintu kamar. Tangan lelaki itu terulur mengelus lembut kepalanya. "Selamat malam, Dinda."
Lalu setelah Danadyaksa pergi, Caca dengan cepat berlari ke kamar mandi, memuntahkan semua makan malam yang ia makan. Perasaan cemas semenjak Danadyaksa mengirimkan surat semakin menjadi saat makan malam dan puncaknya saat Danadyaksa menyentuh kepalanya. Perasaan cemas membuat asam lambungnya naik, rasa mual tak lagi dapat ia tahan ketika Danadyaksa meninggalkannya.
Ia terduduk di lantai lemas dengan pandangan kosong.
"Ndoro? Ndoro baik-baik saja?" Suara Nilam terdengar dari luar kamar mandi.
Tentu saja Caca sedang tidak baik-baik saja.
"Ndoro?"
Suara cemas Nilam membuat Caca susah payah berdiri. Ia tidak boleh lemah. Jika ia terus seperti ini, Caca tidak akan punya tenaga untuk melarikan diri. Sedangkan jarak untuk ke hutan sunyi terlampau jauh. Jika ia melarikan diri tengah malam ini, maka Caca akan sampai pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Giant [END]
FantasyDi tengah pelariannya Caca bersembunyi dalam sumur tua. Namun, ia tak menyangka kalau sumur itu menghubungkannya dengan dunia lain. Tempat asing yang menganggapnya sebagai hadiah dari persembahan. Walhasil Caca kembali melarikan diri. Caca pikir di...