Bunuhlah manusia di alam bawah sadarnya. Bunuh ia berulang kali. Hingga ia trauma untuk memejamkan mata. Dan saat itu tiba, ia akan mati dengan sendirinya. Bukan kamu pembunuhnya, melainkan mimpi buruk yang kamu berikan.
...
Aku bermimpi.
Di depan rumah, sebuah perayaan dan pemuda berkemeja putih.
Seorang lelaki berjaket gelap menumpahkan sesuatu pada kemeja putih sang pemuda. Tidak lama kemudian keributan terjadi. Sang pemuda meraung kesakitan. Saat orang-orang menolongnya, tiba-tiba saja mereka berari kucar-kacir penuh kengerian.
Aku melihat semua itu dari teras rumah. Bingung mengapa mereka yang semula berniat menolong sang pemuda malah lari penuh kengerian. Namun, semuanya terjawab ketika orang-orang yang sebelumnya mengelilingi sang pemuda menghilang. Aku berdiri tercekat, menatap ngeri pada sang pemuda yang berdiri menyeringai dengan mulut penuh darah. Di dekat kakinya, seseorang mati tergeletak dengan leher terkoyak bekas gigitan.
Lalu aku terbangun.
Semua hanya mimpi dan tidak ada yang perlu dirisaukan. Namun, aku mendapati sebuah kejanggalan. Paginya, saat tetanggaku mengadakan syukuran. Aku berdiri di teras rumah, memperhatikan dengan seksama.
Pemuda berkemeja putih. Ia tertawa bersama teman-temannya. Seseorang yang sama dengan mimpiku waktu itu.
Aku pikir itu hanya kebetulan. Akan tetapi ketika aku melihat seorang lelaki berjaket gelap tengah berjalan cepat menghampiri sang pemuda dengan gelas di tangannya. Tanpa pikir panjang aku dengan cepat mengambil pemukul lalu berlagak tidak sengaja memukul lengan lelaki berjaket gelap tersebut hingga gelas yang ia pegang jatuh dan pecah.
Aku tahu tindakanku aneh, tapi aku tidak peduli. Jika pemuda tersebut berubah menjadi zombi maka aku pun akan mati.
Setelah itu aku mendapat banyak nasehat dari orang-orang, aku tersenyum bodoh sambil meminta maaf.
Setelah itu semuanya berjalan lancar. Tidak ada yang aneh.
Sampai tanganku ditarik oleh seorang yang tidak dikenal. Lelaki berpakaian hitam dengan kalung-kalung berwarna cerah yang aneh. Dia menuliskan angka pada kertas. Tidak jelas berapa nomor yang ia tulis.
Kemudian ia kembali menarik tanganku, lalu menulis dua angka. Setelah itu ia kembali mengambil kertas kembali menulis.
Dua kalimat dengan dua kejadian.
1. Aku diam di tempat maka aku akan tersiram sesuatu.
Belum sempat otakku memproses apa arti kalimat tersebut. Bahuku tiba-tiba terasa basah dan dingin. Seseorang tak sengaja menumpahkan minumannya pada bahuku.
2. Maju lima langkah maka aku akan mati.
Refleks aku bergerak mundur. Aku tidak mau mati konyol. Terlepas kalimat itu benar atau tidak, aku tidak ingin bermain-main dengan nyawaku sendiri.
Benar saja, detik kelima aku mundur tiba-tiba saja sebuah mobil melesat tak terkendali lalu berakhir menghantam pagar. Jaraknya lima langkah dari tempatku berdiri sebelumnya.
Aku merinding. Berdiri gemetar sambil meremas kertas berisi dua kalimat tersebut. Lelaki berkalung aneh itu telah menghilang entah ke mana.
Aku tidak peduli dengan orang-orang yang mulai berkerumun untuk menolong korban kecelakaan. Dua kalimat yang berubah menjadi kenyataan itu telah berhasil mengguncang akal sehatku.
Masih dengan ketakutan bercampur lega karena aku tidak mati. Tiba-tiba saja keributan besar terdengar dari belakang. Orang-orang berlarian sambil berteriak ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Giant [END]
FantasyDi tengah pelariannya Caca bersembunyi dalam sumur tua. Namun, ia tak menyangka kalau sumur itu menghubungkannya dengan dunia lain. Tempat asing yang menganggapnya sebagai hadiah dari persembahan. Walhasil Caca kembali melarikan diri. Caca pikir di...