Hari berlalu dengan cepat, Jinan menjalani kehidupan biasa nya seperti biasa. Tidak ada sesuatu yang mengejutkan kecuali dirinya yang memergoki Jevan di tembak cewek 2 hari yang lalu. Jinan tidak peduli karena dia juga tidak mengenal Jevan secara pribadi. Dia hanya kaget saja karena tidak pernah melihat opera sabun secara nyata.
Seperti biasa, saat berangkat sekolah dia di antar sekolah oleh ayah nya yang satu jalur dengan kantornya. Sebenarnya Jinan ingin naik motor untuk pulang-pergi sekolah, hanya saja dia belum sempat berlatih. Walaupun motor matik hanya membutuhkan tangan sebagai alat kendali.
Jam pelajaran pertama adalah olahraga, jadi Jinan sudah mengenakan baju olahraga dari rumah. Ia tidak perlu mengganti seragam lagi sehingga langsung berkumpul di lapangan sekolah. Akila sudah berbaris sementara dia tidak melihat Fany. Tidak perlu terkejut karena gadis itu sudah pasti terlambat.
"Tumben ekspresi Lo kusut gini." Tanya Jinan pada Akila.
"Tadi pas berangkat motor gue kehabisan bensin. Gue yakin pelakunya kakak gue."
"Tapi Lo gak telat..?"
"Cuma ngisi bensin, bukan mogok. Gue kesel aja, kakak gue ngabisin tapi gue yang bayar."
Jinan tertawa, "Eh tapi asyik ya kayaknya kalo punya sodara."
"Gak." Jawab Akila cepat.
Sebenarnya Jinan agak iri karena dia sendiri hanyalah anak tunggal. Ketika Akila dan Fany bercerita tentang saudaranya, memang terdengar mengesalkan, tapi Jinan merasa itu agak seru. Fany punya kakak cowok yang umurnya satu tahun di atasnya, sementara Akila punya kakak cewek yang sudah kuliah semester 4. Jinan tentu saja mengenal mereka karena sebelumnya pernah bertemu ketika bermain ke rumah Fany atau Akila.
Asik mengobrol, tiba-tiba muncul Fany yang masuk ke barisan. Tepat pada saat itu juga guru olahraga berdiri di depan barisan sambil mulai mengabsen muridnya satu persatu. Dia adalah pak Bimo, guru olahraga dengan perut gendut mulai mengintruksikan.
"Hari ini kita coba olahraga atletik. Karena lapangannya kurang luas, kalian bisa keliling di luar sekolah. Inget! Jangan coba bolos, kalo gak.." pak Bimo menggantung ucapannya dan membuat postur tangan menggorok leher.
Beberapa murid ada yang cekikikan tapi akhirnya mengikuti arahan pak Bimo. Jadi intinya mereka diharuskan untuk berlari sehingga menghasilkan waktu yang memuaskan. Semakin cepat kembali ke sekolah, maka semakin bagus nilai yang di dapat. Ini tidak lebih seperti lomba lari.
"Guys, mau sewa ojol gak?" Tawar Fany setengah berbisik.
Anak ini, bisa-bisa nya!
"Ada aja ide Lo ya." Balas Jinan.
"Habis, capek banget. Gue gak mau keringetan. Mana muterin luar sekolah tuh harus lewat jalan besar terus taman kota. Bayangin nya aja bikin capek!"
"Ya, tapi kan olahraga cuma sekali seminggu." Ucap Akila.
"Iya, lu babi banget gak mau gerak. Kerjaannya kalo gak makan ya tidur. Bergerak dikit dong." Cibir Jinan.
Fany cemberut sekaligus agak kesal karena tidak bisa menghasut kedua temannya. Akhirnya dia pun mau tidak mau ikut berlari dengan jujur mengelilingi sekolahnya. Di antara mereka bertiga, Akila adalah yang paling cepat. Sudah pintar akademik, ditambah pintar non akademik. SANGAT TIDAK ADIL!
Fany yang tidak suka olahraga hanya bisa terengah-engah dan bergabung bersama sekumpulan orang lelet lainnya. Sementara itu Jinan sebagai orang yang biasa saja, berlari dengan kecepatan biasa. Nafas nya berat dan sekelibat rasa menyesal muncul karena tidak mengikuti ajakan Fany memesan ojol.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE [tamat✔️]
Teen FictionJinan Feronia Nayaka, cewek yang hidupnya biasa saja, kini harus menanggung malu setelah dirinya pingsan akibat kepalanya terbentur tiang listrik saat jam pelajaran olahraga. Bangun dari pingsan nya, dia tiba-tiba bisa membaca pikiran orang-orang! E...