BAB 5 : TEMAN RAHASIA JEVAN

425 45 1
                                    

Jadi kesimpulannya.. Jinan mengambil buku coret-coretnya dan sebuah pulpen. Menulis sesuatu di atas kertas dengan ekspresi lebih serius daripada mengerjakan ujian akhir sekolah.

1. Kekuatannya muncul ketika menatap seseorang / targetnya dengan memfokuskan pikiran.

2. Kejadian khusus seperti mode suasana akan tercipta jika perasaan orang yang pikirannya di baca sangat kuat.

3. Terkadang kekuatannya akan aktif sendiri walaupun tidak menatap target dengan fokus pikiran (catatan : ini tidak sering terjadi.)

Jinan merasa seperti bermain game atau syuting film superhero. Ada kala nya dia menyesal dan beruntung bisa mendengar pikiran orang. Dia beruntung karena tahu Fany dan Akila ternyata adalah orang yang tulus bersahabat dengannya dan sial karena tahu perasaan Jevan kepadanya.

Bukannya Jinan menolak perasaan Jevan, hanya saja dia tidak tahu harus apa. Cowok paling populer di sekolah menyukai gadis biasa seperti Jinan.. bukankah itu seperti novel roman kebanyakan?!

Abaikan itu. Punya kekuatan ajaib saja sudah tidak masuk akal, jadi jangan heran kalau kisah novel romantis antara pangeran populer X cewek biasa bisa terjadi.

Jinan memijit pelipisnya. Terlalu banyak yang terjadi akhir-akhir ini dan dia hanya bisa mencerna semuanya di rumah, saat malam. Jevan oh Jevan... Kenapa dia bisa menyukai Jinan? Itu adalah salah satu keajaiban dunia yang alasan munculnya tidak diketahui. Bahkan walaupun Jinan bisa membaca pikiran cowok itu, dia masih belum tahu.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu terdengar. Buru-buru Jinan langsung menutup buku nya dan menyembunyikan ke dalam laci meja belajarnya.

"Jinan, makan malam dulu yuk." Kata ibu nya dari luar kamar.

"Iya ma bentar!" Sahut Jinan dan suara langkah kaki ibu nya terdengar menjauh.

Kamar Jinan berada di lantai 2 rumahnya. Rumah yang minimalis tapi terkesan nyaman dan modern. Dia adalah anak tunggal dan kedua orang tua nya sangat akur. Sungguh keluarga harmonis yang membuat siapapun iri.

Jinan bergegas menuju kasurnya, mengambil ponselnya kemudian bergegas keluar dari kamarnya. Gadis itu turun melewati anak tangga dan berlari kecil menuju ruang makan. Disana sudah ada ayah dan ibu nya.

"Papa tumben pulang cepet."

"Iya kerjaan papa banyak banget. Hari ini aja udah syukur bisa pulang cepet terus makan malem bareng kalian." Ayah nya tersenyum membuat Jinan balas tersenyum senang. Anak ini memang sangat menyanyangi ayahnya.

Tidak! Bukannya Jinan tidak sayang ibu nya. Keduanya sangat dekat dengan Jinan, jadi sulit untuk memilih siapa yang paling dia sayangi. Jinan suka kedua nya! Tapi karena ayah nya akhir-akhir ini pulang larut malam, jadi Jinan merasa agak kesepian dan merindukannya.

Dia terlalu terbiasa menerima banyak cinta dari kedua orang tuanya. Jadi, ketika cinta itu berkurang satu, itu akan sangat terasa. Suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan, akan berbeda rasanya jika terdapat kejanggalan sedikit saja.

"Tadi papa mampir beli roti krim. Kamu masih suka roti krim yang di jual deket kantor papa kan?"

"Iya lah! Itu enak banget, apalagi.." Jinan menggantung ucapannya dan melanjutkan.

"Krim nya!" Ucap Jinan dan ayah nya bersamaan. Keduanya tertawa ringan sementara ibunya baru selesai meletakan lauk makan malam di atas meja.

"Makan malem dulu, roti nya nanti." Kata ibu nya membuat Jinan cemberut.

"Jangan gitu dong. Masa udah kelas 2 SMA masih ngambekan kayak anak SD. Kalo makan roti dulu, nanti keburu kenyang, terus bisa-bisa gak jadi makan malem."

DOUBLE [tamat✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang