"Gue suka sama Lo, Nan." Ucap Jevan jelas tapi otak Jinan masih belum mencerna nya dengan baik. Akhirnya dia hanya bisa berkata.
"...hah?"
Itu adalah jawaban yang sungguh bodoh sehingga Jevan kembali mengulang perkataannya.
"Gue suka ama Lo. Lo mau gak jadi pacar gue?" Tanya Jevan sejelas-jelasnya.
Jinan merasa wajahnya begitu panas seperti di lempari saus sambal satu kilo. Jantungnya berdebar kencang sampai dia bisa mendengarnya sendiri. Tapi diluar semua itu dia sangat senang! Perutnya seperti di penuhi kupu-kupu yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan sensasi geli.
Jevan masih memegang tangannya dan Jinan yakin saat ini tangannya sangat dingin. Karena mungkin terlalu lama untuk terdiam, Jinan akhirnya membuka suara.
"Gue—,"
Belum sempat Jinan bersuara, perhatiannya teralihkan pada monyet yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Monyet itu berjumlah 3 tampak menonton mereka planga-plongo.
Rasa bahagia Jinan langsung berubah menjadi kepanikan.
"AAAAAAAAA!!!!!!" Jinan berteriak membuat monyet itu melompat kaget.
Keduanya yang tengah duduk santai langsung berdiri, Jinan juga dengan cepat menarik Jevan ke pelukannya. Ralat, justru gadis itu yang memeluk Jevan dengan kencang.
"Je-je-jevan!! Usir!! Tolongin guee!!" Seru Jinan panik sehingga Jevan yang diserbu pelukan itu langsung mundur beberapa langkah. Jinan bahkan membenamkan wajahnya ke dada Jevan karena tidak berani melihat.
Mungkin Jinan tidak tahu, tapi saat ini Jevan sedikit menyunggingkan senyuman. Sementara itu Jinan masih memeluknya erat seakan nyawa nya bergantung pada cowok di pelukannya.
"Tenang, tenang.. ada gue disini." Kata Jevan dengan nada santai. Dia bahkan balas memeluk Jinan dan mengusap pucuk kepala nya.
Jinan semakin histeris karena Jevan tidak kunjung mengusir monyet itu dan malah mengelus kepalanya?!
"Usir!! gue gak mau tauuu!! Usir sekarang!" Jinan berseru.
"Hahahahaha~ oke oke. Gue bakal usir, tapi Lo jawab dulu dong." Kata Jevan setengah tertawa.
Jinan masih membenamkan wajahnya di dada cowok itu dan memaki. "Jev! Konyol Lo! Di situasi kayak gini, mana bisa mikir!"
"Gak usah mikir, bilang aja iya." Goda Jevan lagi membuat Jinan langsung berteriak.
"Iya! iya! iya!!!" Ucap Jinan membuat Jevan langsung tertawa. "Hahahaha!"
"Kenapa ketawa?! Cepet usir monyetnya." Kata Jinan ingin menangis.
"Monyetnya udah pergi dari tadi kok." Kata Jevan membuat Jinan terdiam kemudian memberanikan diri melihat sekitar.
Benar, monyetnya sudah pergi.
Jinan dengan cepat melepaskan pelukannya dari Jevan dan mundur beberapa langkah. Sial! Mengapa dia jadi sangat malu?!
"Kenapa Lo gak bilang? Sejak kapan monyetnya pergi?" Tanya Jinan berusaha tenang.
"Sejak Lo teriak histeris."
"........"
"Mungkin monyetnya juga takut hahaha~" ucap Jevan sambil tertawa.
Wajah Jinan memerah menahan malu. "Lo jahil banget."
Setelah mengatakan itu, Jevan kembali berjalan mendekat ke arahnya. Cowok itu berhenti kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan Jinan. Well yaah... Tubuhnya lebih tinggi dari Jinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE [tamat✔️]
Teen FictionJinan Feronia Nayaka, cewek yang hidupnya biasa saja, kini harus menanggung malu setelah dirinya pingsan akibat kepalanya terbentur tiang listrik saat jam pelajaran olahraga. Bangun dari pingsan nya, dia tiba-tiba bisa membaca pikiran orang-orang! E...