BAB 9 : DI RUANG OSIS, ADA APA?

389 45 3
                                    

Jam pertama adalah kelas bahasa Indonesia. Seperti biasa, Bu Sarah akan memberikan latihan kepada murid-muridnya. Kali ini tema nya adalah membuat biografi tentang diri sendiri.

Jinan memutar pulpen di tangannya. Menatap buku nya yang kosong sambil mulai berfikir. Kebiasaan saat diminta mengarang bebas, malah mikir. Gadis itu menatap ke arah Akila yang duduk di sampingnya.

"Kil, Lo jadi nulis apaan?"

"Hm? Ya nulis prestasi gue dari bayi sampe sekarang lah."

"......"

Oke, Akila otaknya kelewat encer. Dia tidak bisa di ajak diskusi, nanti yang ada Jinan hanya planga-plongo. Suasana kelas agak gaduh, beberapa anak banyak yang tertawa dengan tulisan yang mereka buat. Bu Sarah malah tidak peduli dan asik bermain dengan ponselnya.

"Woi! Melamun aja!" Seru seseorang yang duduk di bangku depan Jinan.

Dia adalah Dika, cowok yang menjadi teman sebangku Fany. Cowok itu membalik kursinya ke meja Akila dan Jinan sambil membawa buku tulis dan pulpennya.

"Dik ribut banget. Liat tuh Bu Sarah ngeliatin." Tegur Fany yang duduk di sebelah Dika.

Fany ikut berbalik ke arah bangku Jinan, tidak lupa membawa bukunya juga. Mereka berdua, dua speaker kelas berkumpul di meja Akila dan Jinan. Apa tidak ribut? Tentu saja ribut!

Kedua nya memang otak kedelai, tapi rasa sosial nya sangat tinggi. Ketika Fany yang supel dengan siapa saja, Dika adalah seorang selebgram dan tiktokers dengan konten musik dan 'a day in my life'.

"Kalian napa ngumpul di bangku gue?" Jinan mengangkat sebelah alisnya.

"Biasalah. Tugas akan terasa ringan apabila di kerjakan bersama-sama." Kata Dika.

"Tolol, ini kan tugas individu." Sahut Akila yang masih berkonsentrasi menulis.

"Widih, nona brainly rajin banget. Mau nyontek, tapi ini tugas nulis sejarah diri masing-masing." Kata Dika.

"Gini loh, siapa tau gue bisa dapet inspirasi." Fany mengatakan alasannya.

"Liat tuh, si Bagas aja udah jadi. Dia ngerjain sendiri." Kata Jinan melirik Bagas yang berjalan ke arah meja Bu Sarah.

Fany dan Dika menoleh. Benar saja! Bagas adalah orang yang selesai dengan tugasnya. Sekarang dia mengumpulkan ke Bu Sarah kemudian guru itu menyuruhnya untuk membaca karya nya di depan kelas.

"Anjing! Si Bagas sejak kapan jadi pinter?!"

"Paling nyalin biografi pahlawan yang ada di duit 1000-an." Balas Dika.

Mereka menatap Bagas yang tampak siap membaca di depan kelas. Dia berdehem pelan, merapikan dasinya.

Lu mau pidato apa gimana Gas?

Bagas mulai membuka buku nya di depan kelas kemudian berseru.

"Selamat siang teman-teman. Saya akan membacakan biografi diri sendiri yang saya tulis secara singkat." Kata Bagas menyita perhatian teman sekelasnya.

"Namanya Bagas Darshono Maharaja. Saat itu, ibunya melahirkannya pada tanggal 10 Oktober di kasur. Ibunya merawat Bagas dengan sangat baik. Kalau Bagas sakit, ibunya merawat sampai pulih. Kalau Bagas lapar, ibunya memberi makan. Sekarang Bagas sudah SMA. Cita-cita nya pengen jadi astronot, tapi Bagas tidak tahu caranya. Maka dari itu Bagas beralih cita-cita jadi bapak kos. Prestasi terbesar Bagas selama hidup adalah bisa hidup sampai hari ini. Terima kasih!" Bagas menyelesaikan kalimatnya dan menutup buku nya.

Beberapa siswa saling berpandangan satu sama lain, "Emang boleh kayak gitu?"

"Kayaknya sah-sah aja sih."

DOUBLE [tamat✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang