Seorang wanita paruh baya berbadan besar tampak menyeret seorang anak kecil yang sedari tadi mendengus kesal karena tangannya di tarik. Cengkraman wanita itu kuat sehingga badan anak yang kurus kerempeng itu tidak bisa melepaskan diri atau berusaha melawan.
Wanita itu membawa anak itu ke sebuah rumah yang terlihat tidak layak huni, kemudian mengetuk pintu nya. Tidak ada jawaban sehingga wanita itu kehabisan kesabaran dan berteriak.
"Bu Rania! Permisi!" Teriak wanita itu sambil terus mengetuk pintu.
Setelah memanggil terus menerus, pintu rumah itu akhir terbuka dan menampilkan sosok wanita yang tampak kurus dengan wajah agak pucat. "Eh iya, Bu Sari." Kata nya agak kaget.
"Ini loh Bu! Coba didik anak nya yang bener! Ini udah ke-3 kali nya saya nangkep si Jevan maling di toko saya!" Seru wanita berbada besar itu sambil melempar anak kecil itu ke ibunya.
"Maaf! Maaf! Maaf! Saya mohon maaf Bu Sari. Saya janji ini yang terakhir!" Balas wanita kurus itu berulang kali.
"Ck! Saya tahu situ sakit-sakitan, tapi gak usah ngajarin anak nya maling dong!"
"Iya! Mohon maaf Bu Sari, saya bakal ganti kerugian Bu Sari. Saya juga janji ini yang terakhir!"
Wanita berbadan besar itu berdecak tidak suka untuk kesekian kali nya. "Gak usah ganti rugi yang penting ajarin anaknya yang bener! Kalo gak saya laporin ke polisi!" Ancamnya kemudian tanpa berkata lagi langsung berbalik meninggalkan rumah bobrok itu.
"......."
Setelah kepergian wanita berbadan besar itu, seorang ibu menatap putra nya yang terduduk di tanah karena di lempar layaknya barang. Wanita itu berjongkok kemudian mengusap dahi putra nya yang sedikitnya tertutup tanah.
"Jevan, kan udah ibu bilang jangan mencuri lagi." Kata ibunya.
Jevan kecil tak berkata apapun dan justru menyerahkan beberapa lembar tablet obat sakit kepala, sakit perut, sakit gigi, sakit demam, dll. Sedari tadi yang ia sembunyikan di tangan kecilnya.
"Jevan.." ibunya hanya memanggil nama putranya tak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Ibu jangan sakit." Bibir kecil itu berucap sehingga membuat ibunya menatap sedih.
"Ibu cuma sakit ringan, nanti juga pasti sembuh." Ucap wanita itu berusaha menghibur.
"......"
"Ya Tuhan, kamu kan udah gede. Masa gak malu mencuri? Lagian ibu udah punya obat. Kamu gak usah mencuri lagi." Ucap ibunya lembut sementara anak kecil bernama Jevan itu mengangguk pelan.
Melihat putra nya, Rania tampak sedih dan kasihan. Keadaan Jevan bisa seperti ini karena memiliki ibu sepertinya. Tapi apapun yang terjadi, dia bertekad akan melindungi dan memberikan yang terbaik untuk Jevan agar anak itu tidak membencinya. Rania sudah sakit-sakitan sejak lama dan akhir-akhir ini penyakitnya terasa lebih menyakitkan dari sebelumnya. Ia tidak sempat mengecek ke dokter karena tidak punya uang dan waktunya pun sedikit.
Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang pekerjaannya tidak menentu. Terkadang dia menjadi penyapu jalanan, terkadang dia membantu di pasar, dan mengumpulkan sampah daur ulang. Lalu kemana ayahnya? Jevan seringkali menanyakan hal itu dan Rania dengan tegar dan terpaksa mengatakan bahwa pria itu sudah meninggal. Jevan tidak pernah melihat wajah ayahnya, bahkan di foto pun tidak ada.
Sebagai anak kecil berusia 11 tahun, dia sangat penasaran tapi apa yang bisa dia lakukan? Ia hanya seorang anak kecil, bagaimana mungkin dia bisa mencari tahu wajah ayahnya sementara dia hanya punya ibunya?
"Bulan depan Jevan ulang tahun yang ke-12, mau ibu masakin apa nak?" Tanya wanita itu sambil tersenyum hangat.
Laki-laki kecil itu langsung tersenyum lebar dan bersemangat. "Ikan bakar asam manis bu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE [tamat✔️]
Подростковая литератураJinan Feronia Nayaka, cewek yang hidupnya biasa saja, kini harus menanggung malu setelah dirinya pingsan akibat kepalanya terbentur tiang listrik saat jam pelajaran olahraga. Bangun dari pingsan nya, dia tiba-tiba bisa membaca pikiran orang-orang! E...